TEMPO.CO, Jakarta - Seorang remaja laki-laki penyandang disabilitas terpaksa hidup sebatang kara setelah ayahnya dikarantina terkait virus corona yang mematikan di Cina. Yan Cheng, 17 tahun, harus duduk di kursi roda karena mengalami cerebral palsy.
Cheng terlunta di rumah sendirian karena ayahnya, Yan Xiaowen, diisolasi setelah menunjukkan gejala demam. Cheng tidak bisa bicara, berjalan atau makan sendiri. Ibunya sudah meninggal beberapa tahun lalu dan saat ini tak ada yang membantu Cheng dalam kehidupan sehari-harinya.
Wisatawan mengenakan masker pelindung saat mengunjungi danau Hoan Kiem di Hanoi, Vietnam 31 Januari 2020. [REUTERS / Kham]
Ayah Cheng diketahui masuk karantina sejak 22 Januari 2020. Dia di diagnosa terjangkit virus mematikan itu lima hari setelah karantina. Xiaowen pun mengunggah ke media sosial memohon bantuan agar seseorang datang ke rumahnya dan menjaga putranya. Namun sayang, permohonan ayahnya itu terlambat karena pemerintah daerah Hongan menyatakan Cheng sudah meninggal pada 29 Januari 2020 lalu.
“Yan Xiaowen tak bisa merawat keseharian putranya, Yan Cheng (karena sedang diisolasi), jadi dia mempercayakan pada sanak saudaranya, kader desa dan dokter di desa untuk merawat putranya,” tulis pemerintah daerah Hongan, seperti dikutip dari ndtv.com.
Kematian Yan Cheng telah membuat beberapa pejabat senior di desa kehilangan jabatan. Sekertaris Partai Komunis Cina dan Wali Kota dipecat karena dianggap gagal memenuhi tanggung jawabnya. Penyebab kematian Yan Cheng belum terkonfirmasi.
Kasus kematian Yan Cheng, penyandang disabilitas yang terlunta karena ayahnya dikarantina, telah menuai beragam komentar dan kesedihan di media sosial. Lebih dari 20 ribu orang terjangkit virus corona, yang sebagian besar berasal dari Cina. Virus mematikan ini diduga bersumber dari sebuah pasar di Provinsi Hubei, Cina, yang menjual hewan liar dan dagingnya.