TEMPO.CO, Jakarta - Seorang pejabat Gedung Putih mengatakan AS secara aktif ingin merekatkan hubungan antara Israel dan banyak negara Arab di Timur Tengah, hanya sehari setelah Liga Arab menolak rencana perdamaian baru Trump untuk Palestina dan Israel.
Dilaporkan Jerusalem Post, 3 januari 2020, seorang pejabat senior Gedung Putih, yang berbicara dengan syarat anonimitas, pada Ahad mengatakan bahwa tiga langkah saat ini dalam agenda adalah perjanjian non-perang dengan Israel, penerbangan langsung antara Israel dan negara-negara Arab, dan memungkinkan Israel pejabat untuk menghadiri acara di negara-negara Arab.
"Kami telah bekerja di belakang layar untuk menyiapkannya," katanya.
Pekan lalu, duta besar dari Bahrain, Oman dan Uni Emirat Arab menghadiri pembukaan rencana perdamaian Timur Tengah Trump, yang sering disebut sebagai "Kesepakatan Abad Ini." Kehadiran mereka dipandang sebagai permulaan normalisasi hubungan antara Israel dan dunia Arab.
Pernyataan dari pejabat AS itu muncul setelah keputusan Palestina untuk menolak rencana perdamaian Trump. Beberapa laporan media mengindikasikan frustrasi di antara negara-negara Arab dari keputusan Presiden Palestina Mahmoud Abbas untuk tidak menerima telepon dari Presiden Donald Trump, hanya beberapa hari sebelum upacara Gedung Putih.
Namun, pejabat itu mencatat bahwa proses normalisasi antara Israel dan negara-negara Arab bukanlah langkah yang dimaksudkan untuk menggantikan rencana perdamaian.
"Ini inisiatif yang dipimpin oleh Jared Kushner, bersama dengan idenya tentang rencana perdamaian," kata pejabat itu.
"Ini adalah jalur terpisah yang telah dikerjakan tim untuk sementara waktu. Setelah kami merilis rencana itu, kami melihat bahwa reaksi di jalan Arab sangat moderat dan banyak (pemimpin Arab) siap untuk melakukannya," kata pejabat itu. "Ketika hanya Turki dan Iran yang mengatakan bahwa mereka menentang rencana itu, orang-orang (di dunia Arab) menyadari bahwa sebuah garis telah ditarik."
Pejabat itu tidak mau mengatakan kapan kesepakatan pertama akan tercapai. "Kami tidak suka menetapkan waktu, tetapi ada banyak momentum," tambahnya.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan keputusan pihaknya menolak rencana Presiden Trump didukung oleh masyarakat Palestina. Otoritas Palestina juga memutuskan hubungan dengan Amerika Serikat dan Israel, termasuk hubungan terkait bidang keamanan, setelah menolak sebuah rencana perdamaian timur tengah yang diajukan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
"Kami telah menginformasikan Israel bahwa tidak akan ada hubungan sama sekali dengan mereka dan Amerika Serikat termasuk di bidang keamanan," kata Abbas, dalam sebuah pertemuan darurat untuk mendiskusikan rencana perdamaian yang diajukan Trump, dikutip dari Reuters.
Abbas mengatakan dia telah menolak berdiskusi dengan Trump via telepon soal rencana perdamaian tersebut atau bahkan menolak menerima salinan rencana damai yang digagas Trump tersebut untuk dipelajarinya. Tidak dijelaskan detail penolakan tersebut.
Israel dan Otoritas Palestina sudah lama memiliki kerja sama mengamankan area-area Tepi Barat yang berada di bawah kendali Palestina. Palestina juga memiliki kerja sama intelijen dengan CIA yang tetap berjalan meski Palestina mulai memboikot upaya perdamaian pemerintahan Trump pada 2017.