TEMPO.CO, Jakarta - Inggris resmi keluar dari blok Uni Eropa pada Jumat malam setelah tiga tahun referendum dan negosiasi panjang Brexit.
Kepergian Inggris mengakhiri pertikaian politik selama bertahun-tahun yang telah mengorbankan Theresa May, kemudian diteruskan PM Boris Johnson yang membuat parlemen Inggris dikuasai mayoritas Konservatif terbesar sejak tahun-tahun Margaret Thatcher.
Inggris adalah negara pertama yang menarik diri dari Uni Eropa dalam sejarahnya dan menutup bab 47 tahun keanggotaan negara itu di blok pascaperang, menurut CNN, 1 Februari 2020.
Sekarang, periode transisi 11 bulan ada di depan mata, serta hal yang diharapkan sebagai periode negosiasi perdagangan yang berkepanjangan dengan UE.
Anggota Parlemen Eropa Inggris bereaksi sebelum pemungutan suara pada Perjanjian Penarikan di Parlemen Eropa di Brussels, Belgia 29 Januari 2020. [REUTERS / Yves Herman]
Nigel Farage, yang secara luas dianggap sebagai arsitek Brexit, mengungkapkan kesenangannya ketika Inggris secara resmi meninggalkan Uni Eropa.
Di Lapangan Parlemen London saat beberapa menit hitung mundur perpisahan Inggris, Farage menggambarkan Brexit dan referendum 2016 sebagai mandat demokrasi terbesar yang pernah ada di Inggris.
"Kita berhasil, kita berhasil!!" dia berteriak kepada ribuan orang yang telah berkumpul untuk merayakan momen itu.
Farage mengatakan bahwa meskipun dia anti-Uni Eropa, dia tidak menentang negara-negara Eropa, dan dia berbagi visi untuk benua yang disebutnya negara-negara bebas, berdaulat, demokratis.
"Kami tidak akan menerima perintah dari mereka," teriaknya.
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson berbicara dalam pidato yang direkam sebelumnya, menyerukan negara itu untuk merayakan fajar baru kemerdekaan dan berjanji untuk memenuhi janji Brexit.
"Apakah itu dengan mengendalikan imigrasi atau menciptakan pelabuhan bebas atau membebaskan kita industri perikanan atau melakukan transaksi perdagangan bebas," kata Johnson.
Dikutip dari Sky News, dalam sebuah pesan video yang dirilis oleh Downing Street sebelum keberangkatan Inggris pukul 11 malam pada hari Jumat, perdana menteri mengatakan perayaan itu mewakili momen harapan yang menakjubkan bagi banyak orang.
Tetapi dia juga mengakui bahwa akan ada orang lain yang merasakan kecemasan dan kehilangan pada keanggotaan Inggris selama 47 tahun di Uni Eropa.
Dalam langkah simbolis, Boris Johnson mengadakan pertemuan kabinet di Sunderland sebelumnya, area pertama Inggris yang mendukung Brexit ketika hasilnya diumumkan pada malam referendum pada 2016 silam.