TEMPO.CO, Jakarta - Masih digarapnya vaksin virus Corona membuat Jepang selaku penyelanggara Olimpiade 2020 was-was. Sebab, Olimpiade musim panas akan berlangsung pada Juli nanti dan belum ada tanda-tanda vaksin virus Corona akan segera ditemukan.
"Jika kita memiliki lebih banyak informasi soal potensi infeksi dan cara penyebarannya, kita bisa mulai menciptakan sistem untuk mengontrolnya. Saya berharap Olimpiade di Tokyo tetap bisa terlaksana sesuai jadwal," ujar Professor kesehatan publik dari International University of Health and Welfare Tokyo, Koji Wada, sebagaimana dikutip dari Reuters, Kamis, 30 Januari 20920
Hingga berita ini ditulis, jumlah kasus warga terjangkit virus Corona dan korban meninggal terus meningkat. Jumlah korban meninggal tercatat ada di angka 170, sementara jumlah kasus terpapar virus Corona sudah mencapai 7915 kasus. Sebagian besar dari angka tersebut disumbangkan oleh Cina yang menjadi titik awal penyebaran virus Corona.
Adapun di Jepang sudah ada 7 kasus orang terpapar virus Corona. Dua di antaranya adalah warga yang baru saja pulang dari Wuhan meskipun belum menunjukkan gejala virus Corona mulai dari Pneumonia hingga demam tinggi.
Wada mengatakan bahwa Olimpiade bisa menjadi momen di mana virus Corona menyebar. Hal itu mengingat akan ada banyak pendatang dari berbagai negara berkumpul untuk menonton atau berkompetisi. Dan, dari pengalaman-pengalaman sebelumnya, kata ia, ada kasus virus tersebar ketika Olimpiade berlangsung.
Sebagai catatan, pada Olimpiade 2016 di Rio de Janeiro, Brazil, virus Zika yang menjadi ancaman. Di tahun 2010, pada Olimpiade musim dingin di Canada, virus H1N1 yang menjadi perhatian.
Beberapa negara, saat ini, berupaya keras untuk menemukan vaksin virus Corona. Rusia, misalnya, telah menjalin kerjasama dengan Cina untuk bersama-sama menggarap vaksin untuk Corona. Sementara itu, Institute for Infection and Immunity di Melbourne, Australia berhasil menggandakan virus Corona untuk kepentingan penciptaan vaksin.
REUTERS | ISTMAN MP