TEMPO.CO, Jakarta - Setelah Iran menembakkan rudal balistik ke pangkalan pasukan Amerika Serikat di Irak, Garda Revolusi Iran cemas atas serangan balasan Amerika.
Ketika radar mendeteksi pesawat tak dikenal, tentara Garda Revolusi Ira mencoba untuk mengontak pusat komando untuk mendapat izin menembak tetapi gagal menghubunginya.
Tanpa otorisasi dari pusat komando, dia menembak rudal anti-pesawat yang ternyata menargetkan pesawat Ukraina yang membawa 176 orang. Semua penumpang tewas setelah pesawat ditembak jatuh.
Dalam beberapa menit, komandan tertinggi Garda Revolusi Iran menyadari apa yang telah mereka lakukan. Dan pada saat itu, mereka mulai menutupinya.
Selama berhari-hari, mereka menolak untuk memberi tahu bahkan ketika Presiden Hassan Rouhani, yang pemerintahnya secara terbuka menyangkal bahwa pesawat itu ditembak jatuh. Ketika mereka akhirnya memberitahunya, dia memberi mereka ultimatum: berterus terang atau dia akan mengundurkan diri.
72 jam setelah pesawat jatuh, pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, turun tangan dan memerintahkan pemerintah untuk mengakui kesalahan fatalnya.
New York Times, dalam laporan yang diterbitkan 26 Januari, merinci bagaimana insiden itu berlangsung dan ditutupi.
Brigadir Jenderal Garda Revolusi Iran Amir Ali Hajizadeh.[Al Manar]
Pada 7 Januari tengah malam, Iran menembakkan rudal balistik ke pos militer AS di Irak. Pada waktu bersamaan anggota senior Korps Garda Revolusi Iran mengerahkan pertahanan antiudara di sekitar area militer dekat Bandara Imam Khomeini di Teheran.
Pembunuhan Jenderal Iran Qassem Soleimani lima hari sebelumnya membuat angkatan bersenjata Iran siaga dalam status "Perang".
Pemerintah melakukan kesalahan fatal dengan mengizinkan pesawat sipil terbang di bandara Teheran.
Jenderal Amir Ali Hajizadeh, komandan Pasukan Aerospace Garda Revolusi Iran, mengatakan kemudian bahwa unit-unitnya telah meminta pejabat di Teheran untuk menutup wilayah udara Iran dan mendaratkan semua penerbangan, namun upaya ini tanpa hasil.
Para pejabat Iran khawatir bahwa penutupan bandara akan menimbulkan kepanikan massal bahwa perang dengan Amerika Serikat sudah dekat, kata anggota Garda Revolusi Iran dan pejabat lainnya. Mereka juga yakin bahwa AS bisa saja menggunakan pesawat sipil sebagai perisai terhadap serangan udara ke Iran.
Setelah serangan rudal Iran diluncurkan, pada Rabu komando pertahanan udara Iran mendapat laporan pesawat tempur Amerika lepas landas dari pangkalan Uni Emirat Arab dan rudal jelajah menuju Iran.
Petugas di sistem peluncur rudal dekat bandara mendengar peringatan tetapi tidak mendengar pesan berikutnya bahwa peringatan rudal jelajah adalah alarm palsu.
Peringatan tentang pesawat tempur Amerika kemungkinan juga salah. Para pejabat militer Amerika Serikat mengatakan bahwa tidak ada pesawat Amerika berada di atau dekat wilayah udara Iran malam itu.
Ketika petugas itu melihat jet Ukraina, ia meminta izin untuk menembak. Tetapi dia tidak dapat berkomunikasi dengan komandannya karena jaringannya telah terganggu atau macet, kata Jenderal Hajizadeh.
Personel Garda Revolusi Iran, yang belum diidentifikasi secara publik, menembakkan dua rudal ke arah pesawat Ukraina selama kurang dari 30 detik.