TEMPO.CO, Jakarta - Kota Hong Kong melarang pengunjung dari Provinsi Hubei, Cina daratan, yang menjadi tempat asal-usul virus Corona, mulai Senin untuk menghentikan penyebaran virus ke Hong Kong.
Namun, pemerintah Hong Kong mengatakan larangan itu tidak berlaku untuk penduduk Hong Kong, dikutip dari Reuters, 27 Januari 2020.
Langkah itu dilakukan di tengah-tengah meningkatnya seruan kepada pihak berwenang untuk memperketat atau menutup perbatasan dengan Cina daratan ketika kota itu melaporkan tiga kasus infeksi yang dikonfirmasi, sehingga totalnya menjadi delapan kasus, menurut South China Morning Post.
Pasien-pasien baru termasuk seorang warga Hong Kong yang diizinkan meninggalkan rumah sakit umum setelah mengunjungi dokter karena gigitan anjing, dan meskipun mengatakan kepada staf dia telah ke Wuhan.
Kasus-kasus baru lainnya yakni suami dari seorang perempuan Cina daratan berusia 62 tahun, yang merupakan pasien ketiga yang dikonfirmasi di Hong Kong, dan seorang perempuan Hong Kong yang baru-baru ini mengunjungi rumah sakit Wuhan.
Petugas berjaga di depan gerbang Disneyland Hong Kong yang ditutup akibat penyebaran virus Corona di Cina, 26 Januari 2020. REUTERS/James Pomfret
Konfirmasi infeksi terjadi ketika serikat pekerja medis meminta pemerintah untuk menutup perbatasan dengan Cina daratan, sehari setelah Kepala Eksekutif Hong Kong Carrie Lam Cheng Yuet-ngor menyatakan wabah itu sebagai keadaan darurat dan meluncurkan serangkaian langkah-langkah untuk mencegah lebih lanjut infeksi.
Gubernur Hubei, Wang Xiaodong, mengatakan pada hari Minggu bahwa ia bertanggung jawab atas wabah tersebut. Dia menggambarkan situasinya sangat parah dan mengatakan pasokan medis masih terbatas.
Hingga kini ada 2.510 kasus virus Corona dengan 2.454 kasus ditemukan di Cina daratan. Sementara total 80 kematian semuanya terjadi di Cina daratan.
Bandara di seluruh dunia telah meningkatkan penyaringan penumpang dari Cina, meskipun beberapa pejabat kesehatan dan pakar mempertanyakan keefektifan upaya ini untuk mengendalikan virus Corona.
GALUH KURNIA RAMADHANI | REUTERS | SOUTH CHINA MORNING POST