TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Rusia, Vladimir Putin pada Rabu, 15 Januari 2020 membuat lawan-lawan politiknya melongo saat dia menyorongkan proposal perubahan konstitusi Rusia. Perubahan itu dikhawatirkan akan memberikannya kesempatan memperpanjang kekuasaannya setelah dia meninggalkan kursi kepresidenan.
Yang disoroti dalam proposal yang disorongkan Presiden Putin adalah dia menyarankan agar kekuasaan presiden dikurangi dan memperkuat kekuasaan parlemen serta perdana menteri.
Presiden Putin, juga menunjuk Mikhail Mishustin, 53 tahun, yang saat ini menjabat sebagai Kepala Pajak dan teman Putin bermain olahraga Hoki Es sebagai Perdana Menteri Rusia menggantikan Dimitry Medvedev.
Situs reuters.com mewartakan langkah dramatis ini dipandang luas sebagai persiapan menjelang pemilu 2024, dimana Presiden Putin, 67 tahun, tidak bisa lagi mencalonkan diri sebagai Presiden Rusia. Putin terhitung sejak 1999 silih berganti menduduki jabatan di Kremlin (pemerintahan) atau sebagai Perdana Menteri Rusia.
Baca Juga:
Dalam panggung politik Rusia, Putin merupakan presiden dengan masa jabatan yang relatif lama. Dia memimpin Rusia selama 4 periode. Hanya pada 2008, Putin tidak bisa mencalonkan diri menjadi presiden karena dia dilantik menjadi Perdana Menteri Rusia saat itu.
Sebagai pemimpin, Putin dikenal sebagai salah satu Presiden Rusia yang menerbitkan banyak kebijakan, khususnya pada periode terakhir pemerintahannya. Diantara kebijakan itu adalah menerbitkan undang-undang larangan mengadopsi anak-anak Rusia di Amerika Serikat.
Di pemerintahannya yang ketiga, Putin mulai mempererat hubungannya dengan Amerika Serikat, namun karena Putin memberikan suaka kepada Edward Snowden, Presiden Barrack Obama yang memerintah Amerika Serikat sebelum Donald Trump, kesal dan membatalkan pertemuannya dengan Putin.
Snowden adalah pembocor yang membocorkan informasi rahasia Badan Keamana Nasional Amerika Serikat. Dia saat ini berlindung di Rusia dari kejaran Amerika Serikat.
Hubungan Rusia – Amerika Serikat pun pernah mengalami ketegangan ketika Rusia dituduh menggagalkan upaya Hillary Clinton, politikus Partai Demokrat, untuk menjadi Presiden Amerika Serikat.
Di dalam negeri, Presiden Putin disebut membuat banyak warganya kecewa dengan mengatur undang-undang anti-gay. Dia membuat peraturan yang melarang pasangan gay mengadopsi anak di Rusia. Putin juga memberlakukan larangan keras hubungan seksual pada anak di bawah umur.
Putin boleh dibilang orang paling berpengaruh di Rusia saat ini. Putin yang bernama lengkap Vladimir Vladimirovich tumbuh di keluarga sederhana yang tinggal di sebuah apartemen umum.
Dia menempuh pendidikan sampai SMA di sekolah lokal. Setelah lulus S1 pada 1975 dari jurusan hukum, Universitas Negeri Leningrad di St. Petersburg, Rusia, Putin memulai karirnya dengan bekerja di KGB sebagai seorang staf intelijen. Dia lalu ditempatkan bertugas di Jerman Timur sampai 1990.
Pada 1996, Putin memutuskan mengundurkan diri dari posisinya dan pulang ke Ibu Kota Moskow, Rusia. Saat kembali ke negara asalnya, karir politik Putin meroket.
Pada 1998, dia ditunjuk untuk menjadi Wakil Kepala Manajemen di bawah pemerintahan mantan Presiden Boris Yeltsin. Tugas itu membuat Putin punya tanggung jawab membangun hubungan Kremlin dengan pemerintah regional di penjuru Rusia.
Tak berlama-lama menduduki jabatan itu, Putin ditunjuk untuk menjabat sebagai Kepala Keamanan Federal dan Kepala Dewan Keamanan pemerintahan Yeltsin. Pada Agustus 1999, Presiden Yeltsin menggeser Sergey Stapashin dari kursi Perdana Menteri dan mempromosikan Putin untuk menduduki jabatan itu.
Putin menjadi orang nomor satu di Rusia ketika pada Desember 1999, Yeltsin mengundurkan diri sebagai Presiden Rusia dan menunjuk Putin sebagai presiden sementara hingga pemilu digelar. Pada Maret 2000, suratan takdir mengantarkan Putin ke kursi Presiden Rusia dengan raihan 53 persen suara dukungan.
Masa jabatan itu dimanfaatkan Putin dengan baik. Dia melakukan reformasi politik dan ekonomi. Dia juga merestrukturisasi pemerintah dan meluncurkan investigasi kriminal di kalangan petinggi Rusia. Di bidang politik, dia melanjutkan kampanye militer di Chechnya.
Lapis demi lapis pencapaian membuat Presiden Putin bisa mempertahankan karir politiknya hingga 18 Maret 2018, dimana dia memenangkan pemilu dan menjadi Presiden Rusia untuk keempat kalinya.
Galuh Kurnia Ramadhani | reuters.com | biography.com