TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Iran Hassan Rouhani meminta agar Prancis, Jerman, Inggris, dan Amerika untuk kembali ke kesepakatan nuklir (JCPOA) yang mereka teken tahun 2015 lalu. Menurut Rouhani, kembali JCPOA adalah langkah yang tepat untuk mencegah krisis nuklir di kemudian hari.
"Amerika dan Eropa sebaiknya kembali mematuhi kesepakatan nuklir. Jika kalian mengambil langkah yang salah, kalian akan kehilangan banyak hal. Langkah terbaik adalah kembali ke JCPOA," ujar Rouhani dalam rapat kabinet hari ini sebagaimana dikutip oleh Farsnews, Kamis, 16 Januari 2020.
Sebagaimana diketahui, di tahun 2015, Iran bersama Inggris, Jerman, Prancis, China, dan Amerika Serikat meneken perjanjian yang pada intinya membatasi pengayaan nuklir oleh Iran. Kesepakatan itu dikenal sebagai Joint Comprehensive Plan of Action atau JCPOA. Salah satu bentuknya adalah inspeksi berkala terhadap program pengayaan nuklir di Iran, memastikan Iran tidak melanggar batas yang ditetapkan.
Tahun 2018, AS, di bawah kepemimpinan Donald Trump, memutuskan untuk keluar dari kesepakatan tersebut. Trump merasa tidak ada keuntungan apapun dari kesepakatan itu, termasuk dalam hal menahan program rudal balistik Iran dan keterlibatan mereka di berbagai perang regional. Efek dari keputusan Trump, AS mengaktifkan kembali pembatasan terhadap ekspor minyak dari Iran.
Kondisi terbaru, Iran mengatifkan kembali sebagian program nuklirnya. Hal tersebut menyusul aksi AS membunuh jenderal Qassem Soleimani di Baghdad, Irak. Ketika Iran mengaktifkan kembali sebagian program nuklirnya, AS mengancam Jerman, Prancis, dan Inggris untuk menindak Iran atau AS akan menetapkan tarif 25 persen untuk impor suku cadang otomotif asal Eropa. Negara-negara tersebut mengikuti kemauan AS, bahkan menyiagakan pasukan militer mereka juga di Timur Tengah.
Pada kesempatan terpisah, Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif, menyayangkan sikap negara-negara Eropa yang malah membela Trump terkait kelanjutan JCPOA. Menurutnya, tidak seharusnya mereka tunduk pada kemauan Trump.
"E3 (Inggris, Jerman, Prancis) membuang sisa-sisa kesepakatan JCPOA untuk menghindari tarif Trump. Sia-sia saja kawan, kamu hanya memenuhi kemauannya. Tidakkah kalian ingat dengan tuakng risak di sekolah?" ujar Zarif dalam tweetnya.
FARSNEWS