TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Iran Hassan Rouhani lelah dengan ketegangan politik di Iran pasca terbunuhnya Jenderal Qasseem Soleimani oleh Amerika. Menurutnya, situasi yang menimpa Iran sekarang tidak sehat dan bisa berujung pada konflik yang lebih pelik. Untuk mencegah konflik berkepanjangan, ia meminta AS untuk menarik pasukan dari Timur Tengah.
"Lakukan yang terbaik. Kami ingin anda pergi dari sini (Timur Tengah). Tidak dengan peperangan, tetapi dengan logika," ujar Rouhani sebagaimana dikutip dari Farsnews, Kamis, 16 Januari 2020.
Tensi politik di Iran menegang pasca pembunuhan jenderal Qassem Soleimani di Baghdad, Irak. Beberapa hari terakhir, Iran tidak hanya harus berhadapan dengan imbas dari pembunuhan Soleimani, tetapi juga kisruh salah tembak Ukraine International Airlines serta unjuk rasa soal rezim Ayatollah Ali Khamenei.
Ketegangan itu memuncak setelah Iran membalas serangan AS dengan meluncurkan rudal ke pangkalan militer di Irak. Meski serangan 12 rudal itu menghancurkan pangkalan militer AS, tidak ada korban jatuh di sana.
Ketegangan di Iran pada akhirnya mendorong negara-negara Eropa untuk juga menyiagakan pasukan militer mereka, mendampingi AS. Sejumlah pasukan militer diterjunkan di Irak, Afghanistan, Abu Dhabi, dan Bahrain. Hal inilah yang dikecam oleh Iran dan dianggap memperkeruh suasana.
Rouhani menegaskan bahwa perasaan tidak aman dan nyaman di Iran sekarang tak bisa ditolerir lagi. Ia ingin situasi tersebut diselesaikan sesegera mungkin. Dan, ia berharap bahwa seluruh warga Iran bisa bersatu dan menyadari bahwa Amerika lah musuh mereka sesungguhnya.
"Ini untuk kebaikan kalian semua. Ambil lah langkah yang terbaik untuk kita dan dunia," ujar Rouhani memperingatkan.
FARSNEWS