TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Donald Trump meminta pemimpin Iran agar tidak membunuh demonstran anti-pemerintah Iran yang memprotes penembakan pesawat Ukraina yang menewaskan 176 orang penumpang dan awaknya.
"Kepada para pemimpin Iran - JANGAN MEMBUNUH PENDEMO KALIAN. Ribuan telah terbunuh atau dipenjara oleh kalian, dan Dunia mengawasi," tulis Trump. "Yang lebih penting, Amerika Serikat sedang menyaksikan. Nyalakan kembali internet Kalian dan biarkan wartawan bebas berkeliaran! Hentikan pembunuhan orang-orang Iran Anda yang hebat!, kicau Trump yang juga ditulis terpisah dalam bahasa Farsi.
Menurut laporan CNN, 13 Januari 2020, tweet Trump muncul beberapa jam setelah Presiden menyuarakan dukungan pemerintahannya untuk para pengunjuk rasa, menulis di Twitter bahwa ia telah mendukung mereka (pendemo) sejak ia menjabat hampir tiga tahun lalu.
"Dan Pemerintahan saya akan terus mendukung Kalian. Kami mengikuti protes Kalian dengan cermat, dan terinspirasi oleh keberanian Kalian," tweet-nya dalam bahasa Inggris dan bahasa Persia.
: . . . ! ! https://t.co/rzpx3Nfn03
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) January 12, 2020
Dalam tweet terpisah pada hari Sabtu, Trump menulis bahwa pemerintah Iran harus mengizinkan kelompok-kelompok hak asasi manusia untuk memantau dan melaporkan fakta dari lapangan tentang protes yang sedang berlangsung oleh rakyat Iran.
Dikutip dari NBC News, video yang diunggah di internet menunjukkan pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan anti-pemerintah dan bergerak melalui stasiun kereta bawah tanah dan trotoar, banyak di dekat alun-alun Azadi setelah seruan untuk berdemonstrasi di sana. Video-video lain menunjukkan protes serupa terjadi di kota-kota Iran lainnya.
Polisi anti-huru hara telah berkumpul di luar Universitas Teheran dan di alun-alun dan landmark di seluruh ibu kota menyusul seruan diedarkan untuk demonstrasi.
Para pendemo pertama kali berkumpul Sabtu, dengan marah menuntut pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khameini mundur setelah pemerintah mengakui telah secara tidak sengaja menembak jatuh pesawat sipil Ukraina pada hari Rabu.
Insiden itu terjadi hanya beberapa jam setelah Iran meluncurkan rudal balistik di pangkalan-pangkalan Irak yang menampung pasukan Amerika sebagai pembalasan atas pembunuhan Jenderal Qassem Soleimani.
Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif menyalahkan "kesalahan manusia pada saat krisis yang disebabkan oleh petualangan AS."
Seorang perempuan meneriakkan slogan ketika dia berkumpul dengan orang-orang untuk menunjukkan simpati mereka kepada para korban kecelakaan pesawat Boeing 737-800, penerbangan PS 752, di Teheran, Iran 11 Januari 2020. [Nazanin Tabatabaee / WANA (Kantor Berita Asia Barat) melalui REUTERS]
Video yang diunggah ke media sosial menunjukkan para demonstran mengekspresikan kemarahan atas pengakuan rezim dan kecewa karena pemerintah menampik penenambakan tersebut.
Kebanyakan dari mereka yang meninggal dalam tragedi itu adalah orang Iran dan Iran-Kanada.
Pada Sabtu, Iran juga sempat menahan duta besar Inggris untuk Iran yang direspons Inggris sebagai pelanggaran hukum internasional.
Sebelum mengakui kesalahannya pada hari Sabtu, Iran membantah menembak jatuh pesawat dan menuduh AS berbohong.
Pejabat intelijen AS sebelumnya mengatakan bahwa bukti menunjukkan pesawat itu ditembak jatuh oleh rudal Iran karena kesalahan, kata beberapa pejabat.
Pengakuan bersalah Iran menimbulkan pertanyaan lebih lanjut, seperti mengapa Iran tidak menutup bandara internasional atau wilayah udaranya saat melakukan serangan terhadap sasaran AS.