TEMPO.CO, Jakarta - Pengakuan militer Iran pada hari Sabtu, yang tidak sengaja menembak pesawat Ukraine International Airlines dengan rudal pada Rabu kemarin, memancing kemarahan warga Iran terhadap pemerintah.
Sebagian orang Iran mengatakan ungkapan belasungkawa pihak berwenang saja tidak cukup.
Selama berhari-hari, Iran telah membantah tuduhan Barat bahwa mereka bertanggung jawab atas jatuhnya pesawat Ukraina pada hari Rabu setelah lepas landas dari bandara Teheran, di mana total 176 penumpang dan kru tewas.
Pihak berwenang mengatakan pada hari Sabtu bahwa rudal pertahanan udara keliru saat level siaga tinggi pasca-serangan rudal Iran terhadap target AS di Irak.
Ungkapan belasungkawa atas insiden tersebut dari Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khameini dan Presiden Hassan Rouhani gagal menenangkan warga Iran yang marah, yang menggunakan media sosial untuk mengekspresikan kemarahan mereka terhadap pemerintah karena menyembunyikan kebenaran.
"Itu adalah tragedi nasional. Cara penanganannya dan diumumkan oleh pihak berwenang bahkan lebih tragis," kata Ali Ansari, seorang ulama moderat, menurut kantor berita semi-resmi ILNA Iran, dikutip dari Reuters, 11 Januari 2020.
Banyak orang Iran bertanya mengapa pihak berwenang tidak menutup bandara Teheran dan wilayah udara Iran pada saat mereka akan siaga untuk pembalasan setelah serangan rudal itu.
Tidak ada korban jiwa dalam serangan tersebut, yang diluncurkan untuk membalas pembunuhan Jenderal Iran Qassem Soleimani dalam serangan pesawat tak berawak AS di Baghdad pada 3 Januari.
"Mereka seharusnya membalas dendam keras terhadap Amerika, bukan rakyat," tulis Mojtaba Fathi, seorang jurnalis, mengutip laporan New York Times.
"Mereka sangat berhati-hati untuk tidak membunuh orang Amerika mana pun dalam balas dendam mereka terhadap Soleimani. Tapi mereka tidak menutup bandara? Ini menunjukkan betapa rezim ini peduli terhadap rakyat Iran," kata warga Iran yang lain bernama Mira Sedaghati di Teheran, dengan kalimat sarkastik.
Serpihan pesawat Ukraina International Airlines PS 752 yang jatuh usai take off dari bandara Internasional Imam Khomeini di pinggiran Tehran, Iran, 8 Januari 2020. Social media video via REUTERS
Militer Iran mengatakan pesawat Ukraina yang menuju ke Kiev secara keliru dianggap sebagai target musuh setelah berbalik ke pangkalan militer Garda Revolusi Iran dekat Teheran. Militer mengatakan bahwa itu adalah kelalaian manusia dan tidak disengaja.
"Tanpa sengaja? Apa artinya? Mereka menyembunyikan berita tragis besar ini selama berhari-hari hanya untuk berduka cita bagi Soleimani. Kalian harusnya malu," kata warga bernama Reza Ghadyani di kota Tabriz.
Iran mengadakan tiga hari prosesi pemakaman untuk Soleimani, yang dianggap sebagai pahlawan nasional Iran.
Beberapa orang Iran menyerukan pengunduran diri para pejabat dan menolak permintaan maaf mereka.
"Anda membalas dendam dari orang Iran," tweet Ahmad Batebi di akun Twitter @radiojibi, sebagai tanggapan terhadap tweet Rouhani yang mengatakan bahwa Republik Islam Iran sangat menyesali kesalahannya.
Namun, pada hari Sabtu Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif menulis di Twitter menyalahkan intimidasi dan aksi petualangan Amerika Serikat atas insiden pesawat.
New York Times melaporkan, orang-orang Iran meminta Dewan Keselamatan Transportasi Nasional Iran untuk membantu penyelidikan, dan Departemen Luar Negeri Iran memberikan keringanan untuk memungkinkan agen Amerika untuk membantu. Seorang pejabat senior pemerintahan AS mengatakan pada hari Jumat bahwa dia pikir Iran menginginkan penyelidik Amerika di sana untuk menjaga kesan bahwa mereka tidak tahu apa yang menyebabkan kecelakaan itu.
Pejabat itu, yang berbicara dengan syarat anonim, mengatakan militer Iran memiliki komando dan kontrol yang buruk, dan ini tercermin dari apa yang terjadi dengan pesawat. Komunikasi antar-pejabat dan antar-unit militer di Iran masih kurang terkoordinasi sehingga menyebabkan insiden salah tembak pesawat Ukraina.