TEMPO.CO, Jakarta - Pemerintah Kanada di bawah tekanan masyarakat agar mengambil sikap tegas terhadap Iran menyusul sejumlah laporan intelijen yang menyebut pesawat Ukraine International Airlines ditembak oleh sebuah rudal. Sebagian besar penumpang dalam burung besi itu adalah warga negara Kanada.
“Perdana Menteri benar-benar tak tahu apa yang dilakukannya ketika dia bahkan tidak mengutuk Iran sama sekali,” kata Ali Ashtari, 39 tahun, ilmuwan data dari Toronto, yang kehilangan sahabat dalam musibah itu.
Serpihan pesawat Ukraina International Airlines PS 752 yang jatuh usai take off dari bandara Internasional Imam Khomeini di pinggiran Tehran, Iran, 8 Januari 2020. Intelijen AS dan sumber Irak mengatakan rudal anti-pesawat Iran tidak sengaja menembak jatuh pesawat Ukraine International Airlines. social media video via REUTERS
Dikutip dari reuters.com, pada Jumat, 10 Januari 2020, kembali muncul seruan agar dilakukan pembuktian atas musibah jatuhnya pesawat Ukraine International Airlines dengan nomor penerbangan PS 752. Dalam protesnya, masyarakat Kanada juga menggertak Teheran bahwa dunia menyaksikan (apa yang dilakukan).
Teman dan keluarga korban tewas jatuhnya pesawat Ukraine International Airlines PS 752 menuntut Perdana Menteri Kanada, Justine Trudeau, agar mengambil sikap tegas setelah Iran menjadi penyebab jatuhnya pesawat. Rudal yang malah menghancurkan pesawat sipil komersial diyakini sebagai sebuah kesalahan.
“Saya rasa transparansi adalah apa yang dicari komunitas internasional saat ini,” kata Menteri Luar Negeri Kanada, Francois-Philippe Champagne.
Champagne menyebut dalam pesawat naas itu ada 57 warga negara Kanada yang tewas. Sebelumnya dikabarkan ada 63 warga Kanada menjadi korban tewas, namun diralat menjadi 57 orang. Kanada membentuk sebuah unit darurat khusus untuk membantu keluarga korban jatuhnya pesawat.
Tekanan dari dalam negeri saat ini membuat Trudeau dihadapkan pada sedikit opsi, khususnya setelah Kanada memutuskan hubungan diplomatik dengan Teheran pada 2012. Iran sebelumnya mengatakan pihaknya mengizinkan pejabat dari Kanada, Amerika Serikat dan negara lainnya untuk bersama-sama melakukan penyelidikan atas musibah jatuhnya pesawat pada Rabu kemarin, 8 Januari 2020.