TEMPO.CO, Jakarta - Iran mengajak Boeing dan perwakilan negara yang warganya menjadi korban dalam kecelakaan pesawat Ukraina Airlines untuk menyelidiki kotak hitam pesawat itu.
Pesawat Ukrania Airlines jatuh dan terbakar pada 8 Januari 2020 menewaskan seluruh penumpang dan awaknya, 176 orang.
"Semua negara yang warganya ada dalam pesawat dapat mengirim perwakilan dan kami mendesak Boeing untuk mengirim pewakilannya untuk bergabung proses penyelidikan kotak hitam," kata Ali Rabiei, juru bicara pemerintah Iran sebagaimana dilaporkan Channel News Asia, 10 Januari 2020.
Dari seluruh jumlah penumpang pesawat Ukraina yang jatuh, sebanyak 83 warga Iran, 63 warga Kanada, 3 Inggris, 11 Ukraina, 10 Swedia, 4 Afganistan, dan 4 warga Jerman.
Menurut Kementerian Luar Negeri Iran, pihaknya telah berkoordinasi dengan Ottawa tentang penyelidikan kotak hitam itu dan satu delegasi dari Kanada yang terdiri dari 10 orang sedang menuju Teheran. Kanada tidak memiliki hubungan diplomati dengan Iran.
Badan Kecelakaan Udara Prancis, BEA, mengatakan, pihaknya akan iku tdalam penyelidikan pesawat Ukraina yang jatuh.
"Penting bahwa sebanyak mungkin kejelasan dibuat dan secepat mungkin," kata Jean--Yves Le Drian, Menteri Luar Negeri Prancis.
Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau yang mengutip badan intelijen Kanada dan sumber lainnya menuding rudal Iran yang menghantam dan menjatuhkan pesawat Ukraina Airlines. Meski, hal itu dilakukan dengan sengaja.
"Bukti mengindikasi bahwa pesawat itu ditembak jatuh oleh rudal," kata Trudeau.
Iran membantah rudalnya telah menghantam pesawat Ukraina Airlines yang akan terbang ke Kiev, seraya menyebut tudingan itu sebagai perang psikologis terhadap Iran.