TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah sumber termasuk pegawai di Cham Wings airline menggambarkan momen – momen terakhir Qassem Soleimani, Kepala Pasukan khusus Quds, Garda Revolusi Iran. Soleimani yang berpangkat jenderal tewas dalam serangan drone oleh Amerika Serikat di dekat Bandara Internasional Bagdad, Irak, 3 Januari 2020.
Dikutip dari reuters.com, Soleimani tiba di Bandara Internasional Damaskus, Suriah dengan sebuah kendaraan berkaca hitam. Dia dikawal oleh empat pasukan Garda Revolusi Iran, yang juga ada dalam satu kendaraan dengannya.
Qassem Soleimani, 62 tahun, memimpin Pasukan Quds, cabang Garda Revolusi Iran yang bertanggung jawab untuk operasi di luar negeri, mulai dari sabotase dan serangan teror hingga memasok milisi yang beroperasi sebagai pasukan pengganti Iran. Mayor Jenderal Soleimani diketahui melapor dan mendapat perintah langsung dari dan kepada Ali Khamenei, Pemimpin Tertinggi Iran, menurut Sky News. youtube.com
Mobil mereka parkir dekat sebuah tangga yang mengarah ke pesawat Cham Wings Airbus A320 yang akan membawa mereka ke Kota Bagdad, Irak. Baik Soleimani atau pun para ajudannya, tidak ada yang terdaftar dalam data manifesto penumpang. Sumber di keamanan Irak mengatakan Soleimani menolak menggunakan pesawat jet pribadi karena dia pun khawatir dengan keselamatannya sendiri
Penerbangan dengan Cham Wings Airbus A320 itu adalah penerbangan terakhir bagi Soleimani. Beberapa roket ditembakkan dari sebuah drone atau pesawat tanpa awak milik Amerika Serikat beberapa saat setelah dia meninggalkan bandara internasional Bagdad menggunakan dua mobil iring-iringan berlapis baja. Salah satu drone menewaskannya.
Serangan drone itu, juga menewaskan seorang laki-laki yang ditemuinya di bandara badgad, Abu Mahdi Muhandis, Wakil Kepala Pasukan Mobilisasi Populer Irak atau PMF. Diketahui bahwa PMF adalah kelompok di bawah naungan pemerintah Irak yang mengawasi militan-militan di penjuru Irak.
Hasil investigasi pemerintah Irak, serangan udara Amerika Serikat yang menewaskan dua orang penting itu, terjadi hanya dalam hitungan menit setelah Amerika Serikat melakukan serangan. Badan Keamanan Nasional Irak segera menutup bandara dan mencegah puluhan aparat keamanan meninggalkan bandara, termasuk aparat kepolisian, petugas pemeriksa paspor dan agen intelijen lokal.
Dalam wawancara Reuters dengan sejumlah sumber terkait, dijelaskan tim investigator sedang fokus mengungkap bagaimana para terduga informan di dalam bandara internasional Damaskus dan Bagdad bekerja sama dengan militer militer Amerika Serikat untuk membantu melacak dan menjelaskan titik-titik lokasi keberadaan Soleimani. Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat menolak berkomentar pada media. Hal serupa juga dilakukan oleh Cham Wings airline yang melarang para stafnya berkomentar soal peristiwa ini.