TEMPO.CO, Jakarta - Dunia internasional menunggu jawaban penyebab jatuhnya pesawat Ukraine International Airlines dengan nomor penerbangan PS 752. Burung besi itu jatuh pada Rabu, 8 Januari 2020 tak lama setelah lepas landas dari Bandara Internasional Teheran dan langsung terbakar.
Sebanyak 176 orang dalam pesawat tidak ada yang selamat. Pesawat tipe Boeing 737-800 itu sedang dalam perjalanan dari Teheran ke Kiev yang membawa sebagian besar warga Iran dan Kanada.
Musibah ini menimbulkan kecurigaan karena terjadi beberapa jam setelah Iran menembakkan rudal ke pangkalan militer yang menampung pasukan Amerika Serikat di Irak. Namun lima sumber keamanan – tiga dari Amerika Serikat, satu dari Eropa dan satu orang Kanada memastikan pesawat naas itu mengalami kerusakan teknis, bukan jatuh karena tertembak rudal. Ada bukti bahwa salah satu mesin jet itu kepanasan.
Pemerintah Ukraina mengatakan akan mengirim tim ahli ke Iran untuk menyelidiki masalah ini. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengatakan pihaknya telah menginstruksikan jaksa penuntut umum Ukraina untuk membuka proses pidana, tanpa menentukan siapa yang akan mereka libatkan.
Di bawah aturan Internasional tanggung jawab untuk menyelidiki kecelakaan ini terletak pada Iran. Namun Perdana Menteri Kanada Justine Trudeau mengatakan Menteri luar Negeri Kanada akan berbicara dengan otoritas berwenang Iran untuk melakukan penyelidikan menyeluruh.
"Sangat berbahaya untuk berspekulasi terhadap kemungkinan penyebab kecelakaan di awal penyelidikan," kata Trudeau.
Sedangkan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo menyerukan kerjasama penuh dengan penyelidikan menyeluruh. Pesawat yang jatuh itu buatan Boeing, sebuah perusahaan asal Amerika Serikat dan Washington merasa memiliki hak untuk terlibat dalam proses penyelidikan.
Namun tampaknya upaya membongkar apa yang sebenarnya terjadi pada burung besi itu akan menemui hambatan mengingat bencana udara ini terjadi saat Amerika Serikat dan Iran terperosok dalam konfrontasi.
Petugas mengevakuasi korban jatuhnya pesawat Ukraina International Airlines PS 752 di pinggiran Teheran, Iran, Rabu, 8 Januari 2020. Kotak hitam pesawat ini telah ditemukan dan akan dibawa untuk diteliti. Nazanin Tabatabaee/WANA- REUTERS
Media Iran mengatakan kedua kotak hitam pesawat dan rekaman data penerbangan telah ditemukan. Kantor berita Mehr mewartakan Iran belum pasti kemana akan mengirim kotak hitam untuk analisis data, tetapi mereka tidak akan membaginya dengan Boeing. Namun mereka meyakinkan akan menyerahkannya ke pihak berwenang yang tepat.
Ukraine International Airlines menjelaskan pesawat yang jatuh itu adalah tipe Boeing 737 – 800 NG yang berusia tiga tahun. Pemeliharaan terakhir terjadwal pada 6 Januari, 2020.
Sebuah video amatir, yang diputar oleh kantor berita Iran menunjukkan kilat turun di langit yang gelap sehingga memunculkan dugaan pesawat menabrak sesuatu. Video itu disertai dengan komentar bahwa pesawat itu terbakar dan kemudian disusul kilatan cahaya yang lebih terang yang tampaknya mengenai tanah.
Tuduhan itu berkaca ketika pada Rabu dini hari, Iran mulai melepaskan lebih dari selusin rudal balistik ke pangkalan militer yang menampung pasukan Amerika Serikat di Irak. Itu adalah pembalasan atas serangan pesawat tak berawak AS yang menewaskan Qassem Soleimani, Kepala Pasukan khususu Quds Garga Revolusi Iran, 3 Januari 2020.
Serangan itu telah mendesak beberapa maskapai membatalkan penerbangan ke Iran dan Irak. Badan Keamanan Penerbangan Eropa merekomendasikan agar penerbangan komersial menghindari wilayah udara Irak.
Sebuah stasiun TV Iran menyalahkan kecelakaan itu karena terjadi masalah teknis yang belum diketahui pasti. Media Iran mengutip pernyataan seorang pejabat penerbangan setempat yang mengatakan pilot tidak menyatakan keadaan darurat.
Para ahli mengatakan kecelakaan pesawat jarang memiliki penyebab tunggal dan biasanya butuh waktu berbulan – bulan penyelidikan untuk memahami semua faktor dibalik tragedi ini.
Pesawat modern dirancang dan disertifikasi untuk mengatasi kegagalan mesin sesaat setelah lepas landas dan terbang untuk jangka waktu yang lama dengan satu mesin. Tetapi kegagalan mesin yang tidak terkendali berpotensi akan melepaskan pecahan peluru yang dapat menyebabkan kerusakan pada sistem lain yang terdapat di dalam pesawat.
reuters.com | Galuh Kurnia Ramadhani