TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah sekolah di wilayah selatan Afganistan akan diberi nama Mia Khan. Nama itu adalah nama seorang ayah yang buta huruf dan rela mengantar putri-putrinya ke sekolah sejauh 12 kilometer sebagai bentuk dukungan untuk pendidikan mereka.
Dikutip dari scmp.com, nama Mia Khan dicantumkan sebagai nama sekolah bentuk penghargaan dari pemerintah Afganistan untuknya. Khan mendukung Pendidikan putri-putrinya, yang bukan hanya mengantar ke sekolah, tetapi juga menunggu mereka belajar sampai sekolah bubar.
This Pashtun Father is a real hero and an example to all. Mia Khan Takes his daughter 12km on his motorcycle to school daily & waits 4 hours till her Daughter,s Class ends. He's uneducated himself and wants his daughter to be a doctor as There is none in thier Village .
— (@iamkarela) January 2, 2020
Khan, 63 tahun, tinggal di Sharana, Provinsi Paktika, Afganistan dan seorang buta huruf. Dia viral di media sosial setelah mengantar sekolah putri-putrinya ke sebuah sekolah khusus perempuan di area dekat rumahnya sejauh 12 kilometer dengan harapan suatu hari nanti putri-putrinya bisa menjadi dokter.
Kementerian Pendidikan Afganistan dalam keterangan Selasa, 31 Desember 2019, mengatakan sekolah dengan nama Mia Khan akan dibangun di desa tempat Khan tinggal. Pemerintah pun menyebut Khan sebagai pahlawan pendidikan karena telah mendedikasikan hidupnya untuk Pendidikan putri-putrinya.
Sebelumnya pada Rabu, 1 Januari 2020, Menteri Pendidikan Afganistan Mirwais Balkhi, mengundang Khan ke kantornya. Dalam pertemuan itu, Balkhi menggambarkan usaha Khan adalah inspirasi untuk mengatasi hambatan pendidikan bagi anak-anak perempuan Afganistan, khususnya mereka yang tinggal di wilayah pinggir Afganistan.
Khan yang terkena penyakit jantung, mengantar putri-putrinya ke sekolah hampir setiap hari dengan sepeda motor atau kadang berjalan kaki. Dia lalu menunggui mereka di luar gedung sampai sekolah bubar dan pulang ke rumah bersama-sama lagi.
Pendidikan bagi kaum perempuan di Afganistan telah menjadi sebuah permasalahan yang banyak disorot. Catatan PBB memperlihatkan sekitar 3,7 juta anak-anak di Afganistan tidak sekolah dan dari jumlah tersebut, 60 persennya adalah perempuan.