TEMPO.CO, Jakarta - Presiden AS Donald Trump mengatakan pada Selasa bahwa Iran mesti bertanggung jawab jika ada korban tewas selama demonstrasi di Kedubes AS di Irak.
"Iran akan bertanggung jawab penuh atas nyawa yang hilang, atau kerusakan yang terjadi, di salah satu fasilitas kami. Mereka akan membayar HARGA yang sangat BESAR! Ini bukan Peringatan, ini adalah Ancaman," tulis Trump di Twitter beberapa jam setelah pengunjuk rasa marah tentang serangan udara AS di Irak, seperti dikutip dari Reuters, 1 Januari 2020. Massa melemparkan batu dan membakar pos keamanan di Kedutaan Besar AS di Baghdad.
"Kedutaan Besar AS di Irak berjam-jam AMAN! Banyak Warfighter besar kita, bersama dengan peralatan militer paling mematikan di dunia, langsung dikerahkan ke lokasi," kata Trump.
Para demonstran masuk ke kompleks kedutaan besar Amerika Serikat di Baghdad yang dijaga ketat pada hari Selasa. Mereka memprotes serangan udara Amerika yang menewaskan 24 anggota milisi yang didukung Iran pada akhir pekan.
Seorang pengunjuk rasa memegang batu untuk memecahkan kaca jendela gedung penjaga keamanan Kedubes AS, ketika orang berkumpul untuk mengutuk serangan udara di pangkalan milik Hashd al-Shaabi (pasukan paramiliter), di Baghdad, 31 Desember 2019.[Thaier Al-sudani / Reuters]
Menurut laporan New York Times, penyerang tidak memasuki gedung utama kedutaan. Mereka mengundurkan diri dari gedung utama, bergabung dengan ribuan demonstran dan milisi di luar dengan meneriakkan "Kematian bagi Amerika," sambil melempar batu, mencoret dinding dengan grafiti dan menuntut Amerika Serikat menarik pasukannya dari Irak.
Massa bersumpah untuk berkemah di luar kompleks kedutaan terbesar di dunia. Sekitar 750 tentara Amerika tambahan akan dikerahkan ke wilayah itu segera, kata Menteri Pertahanan Mark pada Selasa malam. "Pengerahan ini adalah tindakan yang tepat dan tindakan pencegahan yang diambil sebagai tanggapan terhadap peningkatan tingkat ancaman terhadap personel dan fasilitas AS," katanya. Pasukan kemungkinan akan dikerahkan ke Kuwait.
Menteri Luar Negeri Mike Pompeo berbicara melalui telepon dengan Perdana Menteri Abdul Mahdi dan Presiden Barham Salih dalam panggilan terpisah, dan "menjelaskan bahwa Amerika Serikat akan melindungi dan membela rakyatnya," menurut transkrip telepon dari Departemen Luar Negeri. Para pemimpin Irak meyakinkan Pompeo bahwa mereka mengambil tanggung jawab serius untuk melindungi para pejabat dan properti Amerika.
Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa personel Amerika selamat dan tidak ada rencana untuk mengevakuasi kedutaan. Duta Besar AS untuk Irak, Matt Tueller, sedang bepergian dan tidak berada di kedutaan ketika didemo pada hari Selasa.
Serangan udara Amerika pada hari Minggu telah menyebabkan krisis politik paling serius dalam beberapa tahun terakhir bagi Amerika Serikat di Irak, memicu anti-Amerikanisme dan memberikan keuntungan kepada Iran dalam persaingan mendapatkan pengaruh di Irak.
Serangan udara tersebut menargetkan seorang milisi Irak yang didukung Iran, Kataib Hezbollah, yang dituduh AS melakukan serangan rudal ke pangkalan militer Irak yang menewaskan seorang kontraktor Amerika dan melukai anggota militer Amerika dan Irak, tetapi juru bicara milisi membantah terlibat dalam serangan itu.