TEMPO.CO, Baghdad - Tiga lokasi yang menjadi tempat lima fasilitas milik milisi Kataib Hizbullah dukungan Iran diserang jet tempur F-15 milik Amerika Serikat.
Serangan menggunakan rudal presisi ini terjadi setelah kelompok itu menyerang markas militer Irak di dekat Kirkuk, yang menjadi tempat pasukan koalisi pimpinan AS.
Reuters melansir milisi dukungan Teheran ini menembakkan 30 roket ke markas itu dan menewaskan satu kontraktor sipil asal AS. Beberapa tentara AS dan Irak terluka akibat serangan roket ini.
Pentagon mengatakan sekitar 25 orang milisi tewas akibat serangan ini. Dan 55 orang lainnya terluka. Korban tewas termasuk 4 pimpinan lokal Kataib Hizbullah. Salah satu lokasi serangan adalah markas komando, yang menjadi tempat perencanaan dan eksekusi serangan roket tadi.
CNN melansir pernyataan dari Jewad Kadum, yang merupakan salah satu pejabat di Popular Mobilization Units. Menurut Kadum, Kataib Hezbullah merupakan kelompok yang bergerak di bawah kendali Popular Mobilization Units.
Menurut situs Counterextremism.com, Kataib Hizbullah merupakan milisi Syiah yang beroperasi di Irak dan memiliki fasilitas operasional hingga ke Suriah.
Kelompok ini mulai dikenal dengan aksinya menanam ranjau jalan mulai 2003 saat invasi AS ke Irak terjadi. Mereka juga menggunakan improvised rocket-assisted mortar atau IRAM untuk menyerang pasukan AS dan koalisi.
Menurut diplomat AS Ali Khedery, Kataib Hizbullah ini bertanggung jawab terhadap sejumlah serangan paling mematikan terhadap pasukan AS dalam perang Irak.
Kelompok ini dipimpin oleh Jamal Jaafar Ibrahim, yang memiliki nama alias Abu Mahdi al-Mohandes. Dia diduga sebagai dalang pengeboman kantor kedubes AS dan Prancis di Kuwait pada 1983. Dia juga diduga terlibat dalam upaya pembunuhan emir Kuwait pada 1985.
Menurut kajian dari peneliti Michael Knights dari Near East Policy, Kataib Hizbullah, yang didukung Iran, menjadi ancaman terbesar kepentingan AS di Irak.