TEMPO.CO, Jakarta - Tahun 2019 menjadi tahun yang buruk bagi eks diktator Sudan, Omar Al-Bashir, yang dilengserkan militernya sendiri pada 11 April.
Bashir, yang merebut kekuasaan dengan kudeta tak berdarah pada 1989, tinggal dengan keamanan ketat di kediaman presiden. Sementara puluhan ribu meneriakkan slogan anti-Bashir di jalan-jalan ibu kota Khartoum, dikutip dari Reuters.
Bashir, 75 tahun, telah menjabat selama 30 tahun mengendalikan militer, keamanan, kelompok suku bersenjata, dan kelompok Islamis. Namun pada akhirnya dia dijatuhkan oleh generasi muda sudan yang menginginkan perubahan krisis ekonomi.
Pada Desember 14 Desember, mantan presiden bernama lengkap Omar Hassan Al-Bashir divonis dua tahun penjara atas dakwaan korupsi.
Mantan presiden Sudan Omar Hassan Al Bashir duduk dijaga di dalam sangkar di gedung pengadilan di mana ia menghadapi tuduhan korupsi, di Khartoum, Sudan 19 Agustus 2019.[REUTERS / Mohamed Nureldin Abdallah]
Dalam sidang vonis di Khartoum, penyelidik kantor kejaksaan militer menemukan dan menyita US$ 351.000 (Rp 5 miliar, 6 juta euro (Rp 93,5 miliar), dan 5 juta pound Sudan (Rp 1,5 miliar) ketika menggeledah rumah tempat tinggal Bashir sebelum digulingkan dari kekuasaan, menurut Al-Arabiya, dikutip dari Sputnik, 14 Desember 2019.
Selanjutnya, mantan presiden itu dituduh menyimpan mata uang asing, korupsi dan penerimaan hadiah ilegal.
"Pengadilan menghukum Omar Hassan al-Bashir," kata hakim Al-Sadiq Abdelrahman, menurut laporan Al Jazeera. "Pengadilan memutuskan untuk mengirimnya ke pusat rehabilitasi masyarakat selama dua tahun."
Hakim mengatakan bahwa di bawah hukum, mereka yang mencapai usia 70 tidak akan menjalani hukuman penjara.
Persidangan hari Sabtu terhadap pria berusia 75 tahun yang berpusat pada penemuan berbagai mata uang bernilai lebih dari US$ 130 juta (Rp 1,8 triliun) di rumahnya.
Bashir mengakui dia telah menerima US$ 25 juta (Rp 350,5 miliar) dari Putra Mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS), dan dia mengaku tidak bersalah atas tuduhan itu.
Setelah Omar Al-Bashir digulingkan, angkatan bersenjata Sudan membentuk Dewan Militer Transisi (TMC) berkuasa setelah berbulan-bulan protes anti-pemerintah, namun diprotes massa dan akhirnya sepakat membentuk Dewan Kedaulatan Sudan.