TEMPO.CO, Santiago – Demonstrasi kembali terjadi di ibu kota Santiago, Cile, dan menewaskan sedikitnya satu orang. National Institute of Human Rights Cile mengatakan ini membuat total korban tewas dalam demonstrasi beberapa bulan terakhir menjadi 29 orang.
Demonstrasi terakhir terjadi di Plaza Italia, Santiago, Cile, pada Jumat kemarin. Ini merupakan pusat demonstrasi untuk memprotes Presiden Sebastian Pinera, yang merupakan politikus sayap kanan, sejak Oktober 2019.
Baca Juga:
“Demonstran berkumpul pada Jumat terakhir tahun ini meskipun polisi mengerahkan banyak pasukan,” begitu dilansir NST pada Ahad, 29 Desember 2019.
Otoritas mencoba meredam gejolak di masyarakat menyusul kenaikan harga tiket kereta api, yang telah terjadi dua kali dalam setahun ini. Ini merupakan sarana transportasi favorit warga di Cile, yang dikenal memiliki sistem transportasi kereta api terbaik di Amerika latin.
Aljazeera melansir Cile akan menggelar referendum untuk membentuk konstitusi baru pada 26 April 2020. Ini merupakan salah satu tuntutan warga, yang meminta konstitusi lebih baik.
“Sekali lagi, warga negara bisa memutuskan dengan pulpen dan kertas jalan yang akan diambil negara kita,” kata dia.
Konstitusi Cile saat ini merupakan peninggalan dari rezim diktator militer Jenderal Augusto Pinochet, yang dikenal dengan pelanggaran HAM.
Demonstran juga meminta akses lebih baik untuk layanan kesehatan dan pendidikan serta pergantian sistem ekonomi dari neo-liberal saat ini.
Saat demonstrasi terjadi pada Jumat kemarin, salah satu gedung terkenal yaitu Centro Arte Alameda terbakar. Ini merupakan gedung bioskop di sana.
Otoritas masih menyelidiki apa penyebab kebakaran gedung ikonik ini. Warga Cile merasa kecewa dengan sikap Pinera dalam menangani tindakan kekerasan oleh polisi dan militer, yang terekam dalam video di sosial media. Pinera menyebut itu berita bohong dan kerusuhan di Cile didalangi pemerintah asing.