TEMPO.CO, Moskow – Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan militer telah mengerahkan rudal hipersonik Avangard tahap pertama pada Jumat.
Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengatakan kemampuan negaranya memproduksi rudal hipersonik ini membuatnya berada di kelas tersendiri.
Menteri Pertahanan Rusia, Sergei Shoigu, telah melaporkan kepada Putin bahwa rudal hipersonik tahap pertama telah di pasang. Namun, kemenhan tidak melansir lokasinya.
Sistem rudal baru ini disebut Avangard, yang terdiri dari hypersonic glide vehicle dan terpasang pada rudal balistik antar-benua.
Menurut pemerintah Rusia, rudal ini memiliki teknologi tercanggih mendului zamannya.
“Putin mengatakan rudal nuklir generasi baru Rusia ini bisa mengenai sasaran dimanapun di seluruh dunia,” begitu dilansir Reuters pada Sabtu, 29 Desember 2019.
Sistem rudal baru ini juga disebut bisa menghindari tameng anti-rudal buatan AS. Sejumlah ahli di Barat telah mempertanyakan seberapa canggih program senjata itu sebenarnya.
CNN melansir Menteri Pertahanan Sergei Shoigu mengucapkan selama kepada semua orang atas capaian ini seperti dikutip dari Zvezda, yang merupakan jaringan kantor berita kemenhan Rusia.
Rudal hipersonik bisa melaju dengan kecepatan 3.806 mil atau 6.100 kilometer per jam. Sistem rudal Avangard ini disebut bisa melaju hingga kecepatan 15 ribu mil per jam atau sekitar Rp24 ribu kilometer per jam.
Menanggapi ini, Pentagon mengatakan tidak akan mengomentari klaim Rusia soal kemampuan sistem rudal Avangard. Militer AS telah memasang sistem rudal hipersonik sejak awal 2000 menurut data dari Conggressional Research Service, yang dipublikasikan pada Juli.
Rusia mengatakan pada 26 November bahwa ahli dari AS telah memeriksa sistem rudal Avangard sesuai aturan pada Perjanjian New START 2010.
Soal ini, pejabat kemenlu AS membenarkan namun tidak berkomentar lebih lanjut.
Pada Selasa, Putin mengatakan sistem Avangard bisa menembus sistem pertahanan anti-rudal yang ada saat ini dan di masa depan.
“Hari ini kita punya situasi unik dalam sejarah. Mereka mencoba mengejar ketertinggalannya dengan kita. Tidak satu negarapun memiliki senjata rudal hipersonik, apalagi senjata hipersonik antar-benua,” kata Putin.
Hypersonic glide vehicles terpasang pada roket dan terbang hingga ketinggian 40 kilometer dan 100 kilometer sebelum melepaskan diri.
Senjata itu lalu meluncur di atmosfer bagian atas menuju target.
Ini membuat senjata ini lebih sulit dideteksi radar. Musuh menjadi memiliki waktu lebih pendek untuk segera merespon serangan rudal hipersonik ini.
Soal ini, Jeffrey Lewis mengatakan dia meragukan rudal hipersonik buatan Rusia ini bisa menembus pertahanan anti-rudal. “Saya skeptis,” kata dia.