TEMPO.CO, Jakarta - Qali Ibrahim, 18 tahun, tak henti-hentinya menghubungi nomor telepon suaminya saat mendengar ledakan bom mobil di Ibu Kota Mogadishu, Somalia, Sabtu pagi, 28 Desember 2019. Muktar Abukar, 35 tahun, beberapa menit yang lalu pamit meninggalkan rumah untuk pergi bekerja sebagai kuli bangunan.
“Nomor ponselnya tidak tersambung,” kata Qali, seperti dikutip dari reuters.com.
Sebuah bom mobil meledak pada 28 Desember 2019 dan menewaskan lebih dari 90 orang di Mogadishu, Somalia. Sumber: Reuters India
Beberapa jam berlalu, Qali semakin resah hingga mendesaknya mendatang satu demi satu rumah sakit di Mogadishu. Di Rumah Sakit Medina, Qali dan adik iparnya diantar oleh petugas rumah sakit melihat deretan jasad yang belum teridentifikasi setelah ledakan bom mobil yang sangat dahsyat.
Qali yang baru empat bulan menikah dengan Muktar, lalu membuka selimut yang menutupi seorang jasad. Dia terkejut bukan main. Jasad itu terbakar, namun Qali masih sangat mengenalinya, itu adalah jenazah Muktar.
Tanda goresan yang cukup dalam di salah satu jari jenazah itu menandakan itu adalah tubuh Muktar.
“Semalam kami masih bersama-sama. Ini sungguh menyedihkan,” kata Qali, yang sedang hamil tiga bulan.
Setidaknya 90 orang tewas dalam serangan bom mobil di sebuah pos pemeriksaan di Mogadishu, Somalia. Salah satu korban tewas adalah suami Qali. Bom diletakkan dalam sebuah truk dan meledak di sebuah pos pemeriksaan yang sedang sibuk. Serangan teror bom itu adalah yang mematikan dalam lebih dari dua tahun terakhir.
Belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan ini. Akan tetapi Walikota Mogadishu menyalahkan kelompok teroris al-Shabaab di Somalia, sebagai dalang serangan ini. Kelompok ini memiliki jaringan dengan kelompok radikal a-Qaeda.