TEMPO.CO, Jakarta - Tunangan Jamal Khashoggi, Hatice Cengiz, menyebut hukuman mati terhadap lima orang terkait kasus pembunuhan kekasihnya tidak adil dan tidak sah, dan eksekusi mereka akan menyembunyikan kebenaran.
Jamal Khashoggi menghilang setelah masuk ke konsulat Saudi di Istanbul pada 2 Oktober 2018, untuk mendapatkan dokumen pernikahan yang direncanakannya. Tubuhnya dilaporkan dimutilasi dan dikeluarkan dari gedung. Hingga kin mayatnya belum ditemukan.
Pengadilan Saudi pada Senin menjatuhkan hukuman mati kepada lima orang dan hukuman penjara kepada tiga orang atas pembunuhan tersebut. Namun tiga orang lainnya dibebaskan.
"Pengadilan mengeluarkan hukuman mati pada lima pria yang secara langsung ambil bagian dalam pembunuhan itu," kata jaksa penuntut, Shalaan al-Shalaan, dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Al Jazeera, 23 Desember 2019.
Tiga orang yang divonis bebas adalah tokoh penting dan salah satunya orang dekat Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
Dilaporkan Middle East Eye, ketiganya adalah Saud al-Qahtani, Konsul Jenderal Saudi di Istanbul Mohammed al-Otaibi, dan mantan Wakil Kepala Intelijen Saudi Ahmed al-Assiri. Saud al-Qahtani sendiri adalah penasihat utama MBS. Dia memegang urusan komunikasi Kerajaan Saudi.
Jaksa penuntut Saudi, Shalaan al-Shalaan, mengatakan ketiganya dibebaskan karena tidak cukup bukti.
Pengadilan Saudi yang memimpin menolak temuan penyelidik PBB dengan memutuskan bahwa pembunuhan itu tidak direncanakan, melainkan dilakukan mendadak dan atas inisiatif tim yang dikirim dari Riyadh.
Saat itu, Hatice Cengiz, tunangan Khashoggi, sedang menunggu di luar konsulat ketika dia masuk untuk mengambil dokumen.
Wartawan Arab Saudi, Jamal Khashoggi, bersama tunangannya memasuki rumahnya di Istanbul, Turki, 2 Oktober 2018. Courtesy A News/Handout via REUTERS
Dalam sebuah pernyataan pada hari Selasa yang dilaporkan Reuters, Cengiz mengatakan persidangan tidak mengungkapkan mengapa mereka yang dihukum telah membunuh Khashoggi karena persidangan diadakan secara tertutup.
"Jika orang-orang ini dieksekusi tanpa ada kesempatan untuk berbicara atau menjelaskan diri mereka sendiri, kita mungkin tidak akan pernah tahu kebenaran di balik pembunuhan ini," katanya.
"Saya menyerukan kepada setiap otoritas di dunia untuk mengutuk keputusan pengadilan semacam ini dan segera mencegah eksekusi, karena ini hanya akan menjadi langkah lain dalam menyembunyikan kebenaran."
Pada Senin Turki mengatakan bahwa hasil persidangan jauh dari melayani keadilan, dan pada hari Selasa Direktur Komunikasi Turki Fahrettin Altun mengecam putusan tersebut sebagai penghinaan terhadap utusan pengamat PBB yang adil.
"Media internasional harus mengejar kasus Khashoggi sampai ada pertanggungjawaban yang benar...Mereka yang bertanggung jawab harus menghadapi keadilan cepat atau lambat," kata Altun di Twitter, menyebut pengadilan itu palsu.
Nama-nama para terpidana mati tidak dirilis, tetapi diyakini salah satunya termasuk agen intelijen Maher Mutreb yang sering bepergian dengan putra mahkota dalam perjalanan ke luar negeri, menurut Daily Mail.
Pakar forensik Salah al-Tubaigy dan Fahad al-Balawi, anggota pasukan pengawal kerajaan Saudi, juga termasuk di antara para terpidana.
Pelapor Khusus PBB Agnes Callamard menemukan ada bukti yang dapat dipercaya bahwa ada keterlibatan dari pejabat tinggi Saudi, termasuk bin Salman. CIA juga menyimpulkan bahwa putra mahkota bertanggung jawab atas pembunuhan itu.
Agnes Callamard menyebut penyelidikan Arab Saudi atas pembunuhan Jamal Khashoggi hanyalah parodi semata.
"Parodi investigasi, penuntutan, dan keadilan terus berlanjut," tulis Callamard di Twitter pada Senin.
Christophe Deloire dari Reporters Without Borders mengatakan, "Ketika orang Saudi menjatuhkan hukuman mati kepada lima orang atas pembunuhan Jamal Khashoggi, kami khawatir itu adalah cara untuk membungkam mereka selamanya dan untuk menyembunyikan kebenaran."