TEMPO.CO, Jakarta - Paus Fransiskus mendesak dunia agar menjadi cahaya Natal di kegelapan hati manusia yang menggiring pada persekusi agama, ketidak adilan sosial, konflik bersenjata dan ketakutan para migran.
Desakan itu disampaikan Paus Fransiskus dalam ‘Urbit et Orbi’ pesan Natal, Rabu, 25 Desember 2019 waktu Vatikan. Dalam pesan Natal itum Paus Fransiskus menyerukan perdamaian di Israel, Suriah, Lebanon, Yaman, Irak, Venezuela, Ukraina dan beberapa negara Afrika yang terjebak dalam konflik.
Paus Fransiskus memimpin misa malam Natal di Basilika Santo Petrus, Vatikan, Selasa, 24 Desember 2019. Dalam perayaan Natal, pemimpin umat Katolik sedunia itu menyampaikan tentang kasih cinta Tuhan terhadap manusia meskipun manusia itu pernah melakukan hal buruk. REUTERS/Guglielmo Mangiapane
Dikutip dari reuters.com, pesan Natal disampaikan Paus Fransiskus dihadapan puluhan ribu jamaah di alun-alun St Peter, Vatikan. Sedangkan jutaan orang menyaksikan atau mendengarkan lewat berbagai jenis media.
“Ada kegelapan di hati setiap manusia, namun cahaya Tuhan masih melebihi gelapnya hati manusia. Ada kegelapan seorang individu, keluarga dan hubungan sosial, tetapi cahaya Tuhan jauh lebih besar. Ada kegelapan ekonomi, geopolitik dan konflik ekologi, namun cahaya Tuhan lebih besar,” kata Paus Fransiskus.
Paus asal Argentina itu menyoroti pula persekusi terhadap umat Kristen oleh kelompok militan di negara Burkina Faso, Mali, Niger dan Nigeria. Paus pun memohon kepada Tuhan agar memberi penghiburan pada mereka yang menderita karena keimanannya.
Sebelumnya pada 1 Desember 2019 lalu, setidaknya 14 orang tewas ditembak mati dalam sebuah serangan di sebuah gereja di wilayah timur Burkina Faso. Penyerangan terjadi saat ada ketegangan antar kelompok etnis dan agama.
Separuh dari pidato pesan Natal Paus Fransiskus menyoroti kelompok masyarakat yang tertindas, ketidak adilan telah membuat orang-orang mengungsi hingga menjadikan gurun dan lautan kuburan mereka. Ketidak adilan telah mendesak mereka yang tertindas mengalami pelecehan, perbudakan dan penyiksaan di kamp-kamp penahanan. Pada awal Desember lalu, Paus Fransiskus menyerukan agar beberapa kamp penahanan di Libya ditutup.