TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat pada Senin, 23 Desember 2019, menyatakan telah menghentikan pengiriman sejumlah anjing ke Yordania dan Mesir yang sudah dilatih untuk mendeteksi alat-alat peledak. Keputusan itu diambil menyusul kekhawatiran bahaya serangan gelombang panas dan racun.
Dikutip dari reuters.com, Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat pada September 2019 mengidentifikasi kematian dua ekor anjing yang dikirim ke Yordania. Yordania telah menjadi negara yang paling banyak menerima kiriman anjing pendeteksi alat peledak dari Amerika Serikat. Sebuah laporan pada Jumat, 20 Desember 2019, menyebut total sudah tujuh ekor anjing mati.
Ilustrasi anjing militer. Sumber: dailymail.co.uk
Sekitar 135 ekor anjing mengikuti program bantuan anti-teror yang ditujukan membantu sekitar delapan negara yang perbatasannya rawan dan untuk meningkatkan keamanan penerbangan. Anjing-anjing yang sudah ‘bertugas’ di Yordania dan Mesir, saat ini akan tetap berada di sana. Namun saat yang sama, otoritas berwenang Amerika Serikat akan mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan kondisi hewan dan cara penanganannya.
Baca Juga:
Sebelumnya muncul keluhan pada September 2019 bahwa lebih dari dua ekor anjing yang dikirim ke Yordania tewas. Satu ekor diketahui kena serangan gelombang panas dan lainnya mengalami keracunan dari cairan insektisida di sekitar kendang anjing.
Sedangkan tiga dari 10 ekor anjing yang dikirim ke Mesir di bawah program ini juga ditemukan mati. Satu ekor tewas karena kanker paru-paru, satu ekor lainnya karena gelombang panas dan satu ekor lagi karena pecah empedu.
Seorang dokter hewan mengatakan cedera panas adalah luka akibat kelalaian dan perawatan yang tidak selayaknya. Ini bukan hal yang tidak disengaja dan anjing bisa mati karena serangan panas.
“Serangan panas adalah kematian yang sangat mengerikan,” kata dokter hewan itu.
Pengawas di Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat mengaku menemukan ada beberapa ekor anjing yang dikirim ke mitra-mitra mereka di luar negeri tanpa menanda tangani kesepakatan soal standar perawatan anjing-anjing itu dan tidak adanya pemeriksaan lanjutan yang memadai pada hewan itu.
Sebelumnya laporan pada September 2019, menyebut Zoe, 2 tahun, anjing jenis Belgian Malinois mati pada 2017 karena serangan panas saat sedang bekerja di wilayah perbatasan Suriah. Mencey, 3 tahun, anjing yang sama, terpaksa disuntik mati saat tiba di Amerika Serikat pada 2018 setelah diterbangkan dari Yordania karena mengalami penyakit infeksius tick-borne.