Seperti dilaporkan wartawan Tempo, Ahmad Taufik dari Peshawar, dalam pertemuan yang dimulai sekitar pukul 9.00 hingga 14.00 waktu setempat itu, mereka sepakat mengangkat Pir Syed Ahmad Gilani sebagai ketua lembaga yang resminya bernama Majelis untuk Perdamaian dan Perlindungan Afganistan (APNUA — Afghanistan de Solah Aw Nijat Shura).
Sedang beberapa nama yang menjadi anggota adalah Al-Haj Hayatullah, Qazi Muhammad Amin Waqad, Musa Khan, Maulana Fazli Hadi Shinwari, Maulana Samiullah dan lainnya.
Hayatullah, salah satu anggota Majelis, mengatakan mereka bertugas mencari jalan untuk penyelesaian perdamaian. Mereka juga segera bekerja menghubungi berbagai pihak di Afghanistan.
''Kami harus menghubungi Taliban, Aliansi Utara, dan kelompok lain untuk duduk bersama memecah masalah di Afghanistan,'' katanya. ''Kami tak membutuhkan pihak lain dari luar untuk menyelesaikan masalah dalam negeri kami.''
Dalam pertemuan tersebut, beberapa pembicara dalam pertemuan itu juga mengecam pemboman yang dilakukan Amerika Serikat terhadap Afghanistan.''Pemboman yang dilakukan AS itu hanya mengorbankan rakyat kecil. Kita harus segera berbuat untuk menyelamatkan rakyat,'' kata Mullah Madang sambil meneteskan air mata.
Soal bekas Raja Zahir Shah sempat dibicarakan dalam pertemuan itu. Namun, hasil pertemuan itu tak menyebut bekas raja Afghanistan yang hengkang tahun 1973 dan kini tinggal di Roma. Padahal, dalam pembukaan kemarin, Pir Syed Ahmad Gilani sempat menyebut-nyebut Zahir Shah sebagai orang yang tepat untuk mengetuai Majelis itu.
Menurut Hayatullah, bisa saja Zahir Shah menjadi kandidat presiden sebagai pemersatu bangsa Afghanistan. ''Namun saat ini kami baru mulai, bagaimana untuk bisa duduk bersama dan membicarakan semua persoalan Bangsa Afghanistan,'' kata Hayatullah pada Tempo, di kantornya, Old Jamrud Road, Peshawar.
Dalam acara tersebut, penjagaan sangat ketat. Di pintu gerbang ratusan polisi keamanan yang berjaga memeriksa setiap pengunjung yang masuk. Ada empat kali pemeriksaan, menjelang pintu gerbang setiap tas dan tubuh diperiksa secara teliti.
Masuk pintu gerbang diperiksa lagi dengan alat seperti antene. Lalu menjelang pintu masuk gedung pemeriksaan dilakukan lagi. Pemeriksaan terakhir saat memasuki ruang pertemuan.
Pukul 09.30, lima mobil masuk secara cepat melalui pintu gerbang, sekitar duapuluh pengawal bersenjata AK47 berjaga ketat, Pir Syed Ahmad Gilani, keluar dari mobil Nissan Terrano. Lelaki berjangut dan bersorban putih, dengan pakaian kebesaran warna hitam turun dan dengan cepat memasuki gedung pertemuan.
Di dalam gedung sudah penuh berbagai macam orang. Bahkan bagi yang tak kebagian tempat duduk, duduk di tangga-tangga gedung sekitar tempat duduk gedung itu. Di depan dengan tempat yang lebih tinggi tampak sekitar 100 orang duduk dalam bentuk lima baru berjajar, di tengah-tengah tampak duduk Pir Syed Ahmad Gilani.
Di tembok-tembok dalam ruangan itu tampak enam buah spanduk. Dua dalam bahasa Arab, dua Urdu, dan dua Inggris. Dua spanduk Bahasa Inggris berbunyi ''Ini kota seluruh orang Afghan untuk mencari jalan keluar dari krisis sekarang ini.'' Satu spanduk lain berbunyi ''Perdamaian dan persatuan nasional hanya satu-satu jalan menyelesaikan masalah kami.''
Tak semua orang bisa hadir dalam pertemuan itu. Beberapa kelompok yang datang terlambat sekitar pukul 11.00 diusir petugas keamanan bersenjata laras panjang dan tak diizinkan panitia untuk masuk melewati pintu gerbang gedung itu.
''Sudah tidak ada tempat lagi, sudah penuh, mohon maaf,'' kata seorang panitua. Lebih dari 60 orang yang dating yang diusir oleh petugas kemanan untuk menjauh dari pagar gedung pertemuan itu.
Tak urung pertemuan ini juga menuai kritik. Di Khyber Bazaar, sekitar 3 km dari pemimpin Jamaat Haqqania, Maulana Sami Ul Haq, juga memimpin demo anti AS. Ia juga mengecam pertemuan anti Taliban di Nistra Hall.
''Seharusnya semua pihak saat ini bergabung untuk membela Islam, melawan Amerika, jangan malah memanfaatkan situasi untuk menggebuk sesamanya,'' kata Sami Ul-Haq berapi-api. (ahmad taufik)