5 Program antiteror Cina
Pemerintah Cina telah membenarkan tindakan ekstremnya sebagai hal yang diperlukan untuk mencegah ekstremisme agama dan apa yang mereka klaim sebagai kegiatan teroris. Sikap mereka terhadap etnis minoritas Xinjiang telah mengeras sejak serangkaian insiden kekerasan di ibu kota Urumqi pada tahun 2009 dan serangan pisau di stasiun kereta api Kunming di Cina barat daya pada tahun 2014. Para ahli PBB menyimpulkan bulan lalu bahwa kebijakan Cina di Xinjiang cenderung memperburuk risiko keamanan.
6 Ditangkap karena menumbuhkan jenggot
Penganiayaan terhadap Muslim Xinjiang telah meningkat sejak sebuah peraturan yang disahkan pada 2017 berarti orang dapat dicap "ekstremis" karena alasan seperti menolak menonton program TV publik atau memiliki janggut "abnormal". Mengenakan jilbab, berdoa secara teratur, berpuasa atau menghindari alkohol juga dapat dianggap "ekstremis" di bawah peraturan tersebut.
Kamera keamanan dipasang di pintu masuk Masjid Id Kah selama perjalanan yang diorganisir pemerintah di Kashgar, Daerah Otonomi Xinjiang Uighur, Cina, 4 Januari 2019. [REUTERS / Ben Blanchard]
7. Pengawasan massal
Setiap orang di Xinjiang berisiko ditahan. Wilayah ini dipasang dengan kamera pengintai pengenalan wajah, yang didukung oleh penggunaan kecerdasan buatan dan pengumpulan DNA massal. Pemeriksaan keamanan di mana-mana adalah bagian dari kehidupan sehari-hari, dengan pihak berwenang memeriksa ponsel yang memiliki konten yang mencurigakan.
Orang mungkin juga dicurigai melalui pemantauan rutin terhadap pesan yang dikirim pada aplikasi media sosial seperti WeChat. Syrlas Kalimkhan mengatakan dia menginstal WhatsApp di telepon ayahnya dan mengujinya dengan mengirim pesan, "Hai, Ayah." Kemudian, polisi bertanya kepada ayahnya mengapa dia memiliki WhatsApp di teleponnya. Dia kemudian dikirim ke kamp pendidikan ulang.
8 Ancaman berbicara
Sebagian besar keluarga tahanan tidak tahu tentang nasib mereka, sementara mereka yang berbicara berisiko ditahan. Untuk menghindari timbulnya kecurigaan seperti itu, Uighur, Kazakh, dan lainnya di Xinjiang telah memutuskan hubungan dengan teman dan keluarga yang tinggal di luar Cina. Mereka memperingatkan kenalan untuk tidak memanggil dan menghapus kontak luar dari aplikasi media sosial.
Meski Arsenal dikritik karena tidak berbicara mendukung Mesut Ozil, mereka secara teknis tidak memiliki tanggung jawab untuk mengecam pelanggaran hak asasi manusia. Menurut Amnesty, mereka hanya harus memastikan bahwa mereka tidak menyebabkan, berkontribusi atau mengambil untung dari penyalahgunaan tersebut. Cina telah berupaya untuk memaksakan sensor yang kuat di luar negeri ketika Mesut Ozil mengambil sikap untuk mendukung Muslim Uighur yang menghadapi penganiayaan di Xinjiang.