TEMPO.CO, Jakarta - Senat pada hari Selasa meloloskan rancangan anggaran pertahanan untuk pemerintahan Donald Trump senilai US$ 738 miliar atau Rp 10.334 triliun, menjadikannya anggaran pertahanan paling besar dalam sejarah Amerika Serikat.
Rancangan anggaran pertahanan ini termasuk mengesahkan kenaikan gaji 3 persen untuk pasukan AS.
"Biarkan pemungutan suara luar biasa terjadi sehingga tidak ada keluarga militer di Amerika yang dapat meragukan komitmen kami kepada mereka," kata Senator Jim Inhofe, Republik Oklahoma dan ketua Komite Layanan Bersenjata, mengatakan sebelum anggota parlemen menyetujui anggaran tersebut, dikutip dari New York Times, 18 Desember 2019.
"Mari kita gunakan suara kita untuk mengirim pesan ke Rusia dan Cina bahwa kita sedang merevitalisasi kekuatan Amerika sehingga kita dapat memenangkan kompetisi pengaruh yang akan membentuk jenis dunia yang akan dihuni oleh anak dan cucu kita," tambahnya.
Paket legislasi ini juga mengesahkan Angkatan Antariksa, yang Trump usulkan tahun lalu sebagai cabang keenam dari militer Amerika. Legislasi juga akan memberikan cuti orang tua selama 12 minggu untuk pegawai federal sipil.
Langkah itu termasuk sanksi untuk memblokir pembangunan pipa Nord Stream 2, sebuah proyek yang dipelopori oleh perusahaan energi Rusia yang akan membuat pipa di bawah Laut Baltik dari Rusia ke Jerman. Proyek pipa Rusia ini pada dasarnya untuk mengurangi ketergantungan pada jalur pipa Ukraina guna mengirim gas ke Eropa.
Ketentuan lain akan melarang Turki untuk membeli jet tempur F-35 buatan Amerika, sebuah teguran atas pembelian sistem pertahanan rudal Rusia oleh Rusia, S-400. Menteri luar negeri Turki, Mevlut Cavusoglu, telah menjelaskan bahwa Turki berniat membalas dendam atas langkah tersebut dengan sanksi sendiri.
"Selama S-400 berada di Turki di bawah kendali Turki, tidak akan ada F-35 dikirim ke Turki," kata Senator Jim Risch, Republik Idaho dan ketua Komite Hubungan Luar Negeri. "Ini adalah pilihan Erdogan, dan dia sangat menyadari konsekuensinya."
Ini adalah teguran terbaru yang disampaikan Kongres ke Turki, datang hanya seminggu setelah Senat dengan suara bulat memilih untuk mengakui genosida Armenia sebagai masalah kebijakan luar negeri Amerika.
Gedung Pentagon. usni.org
Pemimpin Mayoritas Senat, Mitch McConnell memuji langkah menjelang pemungutan suara pada hari Selasa, mencatat 59 kali berturut-turut bahwa Kongres telah mengesahkan RUU pertahanan.
"Kami akhirnya akan meletakkan undang-undang vital ini di meja presiden. Saya berharap untuk memberikan suara untuk meloloskan Undang-Undang Otorisasi Pertahanan Nasional (NDAA) hari ini dengan suara bipartisan luar biasa untuk anggota pertahanan kami dan misi penting yang mereka lakukan," kata McConnell, dikutip dari The Hill.
Penciptaan Angkatan Luar Angkasa adalah tujuan utama bagi Gedung Putih dan Partai Republik. Di bawah perjanjian akhir, pasukan luar angkasa akan ditempatkan di bawah Departemen Angkatan Udara dan akan dipimpin oleh seorang kepala operasi ruang angkasa yang akan menjadi anggota Kepala Staf Gabungan tetapi melapor kepada Kepala Staf Angkatan Udara.
Trump telah berjanji bahwa ia akan menandatangani undang-undang "segera" setelah mencapai mejanya.
"Wow! Semua prioritas kami telah mencapai NDAA akhir: Naikkan Gaji untuk Pasukan kami, Membangun Kembali Militer kami, Cuti Orangtua Berbayar, Keamanan Perbatasan, dan Pasukan Luar Angkasa! Kongres - jangan tunda ini lagi!" kicau Trump minggu lalu.
Anggaran itu telah dinegosiasikan antara anggota DPR dan Senat selama bebulan-bulan, meningkatkan prospek bahwa Kongres mungkin tidak akan bisa mengeluarkan anggaran pertahanan untuk pertama kalinya dalam hampir 60 tahun.
Pada akhirnya DPR dan Senat sepakat untuk tidak memasukan dana tembok perbatasan Trump dalam anggaran pertahanan, dan memasukan soal tembok ke anggaran terpisah.