TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Donald Trump mengirim surat yang tak biasa kepada Ketua DPR AS Nancy Pelosi pada hari Selasa, mengecam penyelidikan pemakzulan para anggota Demokrat DPR dan menyebut dirinya sebagai korban percobaan kudeta.
Sehari sebelum seluruh DPR AS akan memberikan suara pada pasal pemakzulan menuduhnya menyalahgunakan kekuasaannya dan menghalangi penyelidikan anggota parlemen, Trump menulis surat enam halaman dengan marah menyebut Demokrat akan menyesali upaya mereka ketika pemilih memberikan suara pada musim gugur mendatang, dikutip dari CNN, 18 Desember 2019.
Dia mengeluhkan proses penyelidikan pemakzulan sebagai hal yang menyedihkan, dan mengklaim bahwa "lebih banyak proses hukum dijatuhkan kepada mereka yang dituduh dalam Pengadilan Penyihir Salem."
Dia menuduh Pelosi menggambarkan pencitraan palsu selama proses pemakzulan.
"Tidak ada orang pintar yang percaya apa yang Anda katakan," tulis Trump dalam surat yang dikirim pada hari Selasa.
"Ini tidak lebih dari upaya kudeta partisan ilegal yang akan, berdasarkan sentimen baru-baru ini, gagal di bilik suara," kata Trump, menggambarkan proses yang diabadikan dalam Konstitusi sebagai upaya menggulingkan pemerintah, dikutip dari New York Times.
"Sejarah akan menilai Anda dengan keras ketika Anda melanjutkan dengan sandiwara pemakzulan ini."
Menanggapi surat Trump pada Selasa malam, Pelosi mengatakan dia baru saja selesai bekerja dan hanya melihat sekilas surat Trump.
"Surat itu benar-benar sakit," katanya.
Surat Trump mengabaikan bukti luas yang ditemukan selama penyelidikan dua bulan oleh Komite Intelijen DPR, sebagian berdasarkan pada kesaksian oleh anggota-anggota pemerintahannya sendiri. Dalam penyelidikan pemakzulan, Trump berusaha menekan Ukraina untuk menyelidiki saingan politiknya sambil menahan hampir US$ 400 juta (Rp 5,6 triliun) bantuan militer yang sangat dibutuhkan negara itu dan pertemuan Gedung Putih untuk presiden Zelensky.