TEMPO.CO, Jakarta - Boeing mengatakan pada Senin bahwa perusahaan akan berhenti membuat Boeing 737 Max mulai bulan depan untuk sementara waktu.
Keputusan itu, setelah pertemuan dewan dua hari, adalah puncak dari krisis terburuk dalam 103 tahun sejarah perusahaan menyusul dua kecelakaan yang menewaskan 346 orang, menurut New York Times, 17 Desember 2019. Boeing berulang kali memberi isyarat bahwa pesawat itu akan diperbaiki untuk kembali mengangkasa sebelum akhir tahun.
Keputusan Boeing dapat mempengaruhi ekonomi Amerika. Perusahaan ini adalah eksportir manufaktur terbesar di Amerika dan memandang 737 Max sebagai hal yang penting untuk masa depannya.
Setelah dua kecelakaan, jaksa penuntut, regulator dan dua komite kongres sedang menyelidiki apakah Boeing mengabaikan risiko keselamatan dan mengecilkan perlunya pelatihan pilot dalam upayanya merancang, memproduksi, dan mensertifikasi pesawat secepat mungkin.
Satu fokus bagi penyelidik adalah sistem perangkat lunak yang dikenal sebagai MCAS, yang diciptakan untuk 737 Max dan ternyata telah berperan dalam kedua tabrakan tersebut. Tak lama setelah kecelakaan pertama, di lepas pantai Indonesia pada Oktober 2018, Boeing berjanji untuk memperbaiki MCAS. Kemudian kecelakaan kedua terjadi pada bulan Maret, di Ethiopia.
Boeing masih belum mengirimkan perbaikan perangkat lunak untuk MCAS yang telah memenuhi persetujuan federal.
Dengan perusahaan masih tidak dapat mendapat izin dari regulator global untuk membiarkan pesawatnya terbang lagi, eksekutif dan anggota dewan telah membuat keputusan menghentikan produksi, salah satu keputusan paling konsekuensial dalam sejarah pabrikan, yang juga akan mempengaruhi ratusan pemasoknya di seluruh negara.
Petugas Laboratorium Forensik Bareskrim Polri mengambil sampel roda pesawat Lion Air JT 610 di Jakarta Internasional Container Terminal, Tanjung Priok, Jakarta Utara, Senin, 5 November 2018. Hari ini, tim penyelam gabungan menemukan emergency locator transmitter (ELT), flight direction, dan roda pesawat Lion Air JT 610. TEMPO/Hilman Fathurrahman W
Boeing jarang menghentikan produksi pesawatnya, dan kasus yang terbaru terjadi pada tahun 2008. Tetapi perusahaan tidak pernah menghadapi situasi seperti yang dihadapi sekarang. Boeing telah menjual sekitar 5.000 jet, menjadikannya pembuat pesawat terlaris dalam sejarah, dan telah membangun hampir 400 jet 737 Max yang belum dikirim.
Sementara saham Boeing jatuh pada Senin setelah laporan bahwa perusahaan sedang mempertimbangkan untuk membatasi produksi 737 Max yang bermasalah.
Dikutip dari CNN, 17 Desember 2019, sumber mengatakan bahwa keputusan tentang masa depan 737 Max dapat diumumkan Senin setelah pasar AS tutup. Perusahaan dapat menunda atau membatasi produksi, tambah mereka.
CEO Boeing (BA) Dennis Muilenburg memperingatkan pada bulan Juli bahwa perusahaan akan terpaksa mengurangi atau menghentikan produksi 737 Max jika FAA menunda persetujuan melampaui kuartal keempat untuk perbaikan perangkat lunak pesawat.
Keuntungan saham Boeing tahun ini sekarang hanya sekitar 3%. Saham pembuat pesawat itu naik sekitar 15% pada 2019 baru-baru ini pada tiga minggu lalu. Investor telah kehilangan kesabaran dengan Boeing, dan beberapa analis telah memangkas target harga saham mereka di bursa.