TEMPO.CO, Harare – Otoritas Zimbabwe menangkap istri dari Wakil Presiden Constantino Chiwenga terkait dugaan pencucian uang, penipuan, dan melanggar regulasi valuta asing.
“Lembaga Anti-Korupsi Zimbabwe atau ZACC mengatakan Marry Mubaiwa ditangkap pada Sabtu malam dan akan muncul di pengadilan pada Senin pekan ini,” begitu dilansir Reuters pada Ahad, 15 Desember 2019.
Juru bicara ZACC, John Makamure, tidak menjelaskan lebih detil soal ini. Mubaiwa tidak bisa dimintai komentarnya soal ini.
Presiden Emmerson Mnangagwa, yang menggantikan Robert Mugabe sebagai Presiden Zimbabwe pada 2018, memerintahkan ZACC untuk mengatasi masalah suap pada level pemerintahan.
Menurut perkiraan dari lembaga anti-korupsi Transparency International, Zimbabwe kehilangan uang sebanyak US$1 miliar atau sekitar Rp14 triliun setiap tahunnya.
Menurut dokumen internal ZACC, Mubaiwa dituduh melakukan transfer sebanyak US$919 ribu ke Afrika Selatan menggunakan samaran impor barang, yang sebenarnya tidak pernah dibeli.
Waktu penahanan Mubaiwa ini terbilang unik karena dua pekan lalu media mengumumkan dia akan bercerai dengan suaminya Chiwenga.
Memo internal ZACC menyatakan Mubaiwa memperoleh sertifikat pernikahan lewat penipuan tanpa persetujuan dari Chiwenga, yang saat itu sedang sakit.
Selama ini, keduanya telah menikah menggunakan hukum pernikahan Zimbabwe sejak 2011 dan memiliki dua orang anak.
Chiwenga pulang ke rumah setelah menghabiskan waktu empat bulan di sana untuk perawatan medis. Sejak itu, dia tidak pernah terlihat di muka umum bersama istrinya.
Pengritik ZACC mengatakan lembaga anti-korupsi itu memiliki konflik kepentingan. Ini karena kepala hakim dari ZACC adalah Loice Matanda-Moyo, yang merupakan istri dari menteri Luar Negeri Sibusiso Moyo. Sibusiso merupakan sekutu politik Mnangagwa.
Mnangagwa terpilih sebagai Presiden, seperti dilansir Channel News Asia, setelah berkonflik dengan Mugabe, yang meninggal beberapa bulan lalu.
Dia merupakan sekutu dekat dari Mugabe namun keduanya terlibat konflik politik di Zimbabwe. Mugabe jatuh setelah dikudeta oleh militer, yang merupakan para pendukungnya sendiri.