TEMPO.CO, Jakarta - Partai Konservatif PM Boris Johnson memenangkan pemilu Inggris dalam pemilihan dramatis dalam sejarah Inggris.
Boris Johnson membawa janji kampanye untuk membereskan Brexit.
Partai Konservatif-nya mengalahkan oposisi Partai Buruh pimpinan Jeremy Corbyn. Jeremy Corbyn mengatakan dirinya akan mundur.
Dan pemimpin partai Liberal Demokrat, Jo Swinson, kehilangan kursinya, ketika Partai Nasional Skotlandia menyapu kemenangan di Skotlandia.
Dikutip dari CNN, 13 Desember 2019, Partai Konservatif menang 364 suara berbanding 203 suara dari Partai Buruh. Posisi ketiga diraih Partai Nasionalis Skotlandia dengan 48 kursi, Liberal Demokrat 11 kursi, Partai DUP 8 kursi, dan Partai SF 7 kursi.
Perolehan 364 kursi sekaligus membuat Partai Konservatif sebagai mayoritas karena ambang batas mayoritas parlemen 326 kursi.
Kemenangan Konservatif semakin melapangkan kampanye Boris Johnson untuk menyelesaikan sengketa Brexit yang akan meninggalkan Uni Eropa pada 31 Januari.
Brexit mewakili pertaruhan politik dan ekonomi terbesar Inggris sejak Perang Dunia Kedua, memotong hubungan negara ekonomi terbesar kelima di dunia dari blok perdagangan yang luas dan mengancam integritas Inggris.
"Kami akan menyelesaikan Brexit tepat waktu pada tanggal 31 Januari, tidak ada jika, tidak ada tapi tidak ada, tidak ada maybes," Johnson mengatakan kepada pendukungnya di sebuah rapat umum di London, dikutip dari Reuters.
"Meninggalkan Uni Eropa sebagai persatuan Inggris, mengambil kembali kendali atas undang-undang kita, perbatasan, uang, perdagangan, sistem imigrasi, mewujudkan mandat demokrasi rakyat," kata Boris Johnson, mengulangi kalimat dari kampanye referendum Brexit yang sukses pada 2016.