TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi, berharap pembukaan kembali kantor kedutaan besar Guatemala di Jakarta bisa mempererat hubungan ekonomi kedua negara.
Dia mengatakan meskipun letak kedua negara relatif berjauhan ada teknologi yang bisa membuat hubungan Indonesia dengan negara di Amerika Tengah itu menjadi lebih produktif.
“Saya berharap hubungan ekonomi kedua negara lebih intensif,” kata Retno seusai pemotongan pita yang menandai pembukaan kantor kedubes Guatemala di Gedung WTC I, Jalan Sudirman, Jakarta, Selasa, 10 Desember 2019.
Retno mengatakan telah mengadakan pertemuan bilateral dengan Menteri Luar Negeri Guatemala, Sandra Jovel Polanco, di Jakarta sebelum peresmian.
Dia mengatakan pembukaan kedubes ini merupakan upaya membangun infrastruktur diplomatik. Kedua negara juga telah menandatangani nota kesepahaman untuk membangun mekanisme komunikasi antara pemerintah, swasta dan individu.
Kedua negara, menurut dia, telah membahas soal kunjungan bebas visa untuk meningkatkan kunjungan diantara kedua negara.
Fasilitas bebas visa ini juga akan berlaku bagi swasta dan individu kedua negara tidak hanya pemerintah. “Komitmen politik sudah ada,” kata dia.
Guatemala sempat menutup kedubes di Jakarta pada 1992 karena alasan ekonomi yaitu kurangnya anggaran. Saat ini, Guatemala kembali membuka kantor kedubes di salah satu negara ASEAN lainnya selain Indonesia.
Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi (tengah) menghadiri pembukaan kembali kantor Kedutaan Besar Guatemala di Jakarta, yang dihadiri Menlu Sandra Jovel Polanco (kanan). Budi Riza/Tempo
“Ini menunjukkan niat pemerintah Guatemala untuk memperkokoh kehadirannya di ASEAN dan Asia,” kata dia.
Saat ini, ASEAN memiliki sekitar 600 juta populasi. Pertumbuhan ekonomi di ASEAN relatif di atas pertumbuhan ekonomi dunia yaitu sekitar 5.1 persen. Lainnya adalah faktor stabilitas politik selama setengah abad terakhir.
Menurut Retno, pemerintah Guatemala tentu melihat ini sebagai kesempatan untuk memajukan kepentingan negaranya di kawasan ASEAN.
Saat ini, menurut dia, Guatemala adalah mitra dagang terbesar kedua Indonesia di kawasan Amerika Tengah. Namun, angka perdagangannya belum besar sehingga perlu ditingkatkan.
Indonesia dan Guatemala merupakan negara kelapa sawit. Kedua negara berkepentingan untuk melawan isu diskriminasi kelapa sawit. Indonesia telah mengundang Guatemala untuk menjadi anggota dari Consul for Palm Oil Countries.
“Ini akan membuat negara penghasil kelapa sawit menjadi lebih kuat untuk melawan diskriminasi terhadap kelapa sawit,” kata Retno. Selain itu, Indonesia juga telah membangun komunikasi soal isu perempuan, perdamaian dan keamanan.
Dalam sambutannya, Menlu Polanco mengatakan pembukaan kantor kedubes ini merupakan hasil dari pembicaraan bilateral kedua negara.
“Pemerintah negara kami sangat tertarik untuk memperkuat hubungan persahabatan dan kerja sama yang saling menguntungkan,” kata Polanco.
Dia berharap hubungan kedua negara bakal meningkat di sektor politik, budaya, pariwisata, dan pendidikan. Menurut Polanco, Guatemala merupakan negara yang memiliki kekayaan alam besar, dan potensi pariwisata yang menjanjikan.
“Kami juga ingin menjaga perdamaian, kebebasan, dan keamanan internasional,” kata dia.
Menurut Polanco, Indonesia merupakan negara yang layak menjadi contoh. “Indonesia adalah contoh keinginan yang kuat bisa mengatasi masalah dan melakukan transformasi modernisasi,” kata dia.
Polanco menilai Indonesia telah menjadi bagian penting dari perekonomian dunia. Ini terlihat dari layanan keuangan yang baik, pariwisata yang meningkat, perdagangan internasional, dan inovasi dalam memanfaatkan energi terbarukan.
“Indonesia merupakan ekonomi yang penting dan maju di Asia Tenggara, dan Guatemala mewakili ekonomi terbesar di Amerika Tengah,” kata Polanco.