TEMPO.CO, Zambezi - Petugas taman nasional di area Air Terjun Victoria, Zimbabwe, mengatakan tingkat kekeringan pada tahun ini lebih parah dibandingkan tahun sebelumnya.
Ini membuat debit air di air terjun Victoria menyusut drastis. Dan ini berdampak bagi datangnya turis, yang menjadi sumber pendapatan taman nasional dan kegiatan safari di sana.
“Kami mengalami masa yang sulit saat ini,” kata David Macfarland dari Mwinilunga Safari kepada Aljazeera seperti dilansir Travelweek pada Senin, 9 Desember 2019.
Mwinilunga melanjutkan,”Saat Anda melihat hewan-hewan berjalan begitu saja, seperti gajah, dan mereka lalu pingsan, mereka bahkan tidak berguling, hanya pingsan dan mati. Ini sangat menyentuh perasaan," kata dia.
Secara terpisah, Presiden Zambia, Edgar Lungu menjelaskan, debit air paling rendah terjadi tahun ini. Ini diketahui dari sebagian area air terjun sudah tidak mengalirkan air lagi. Tebing yang menjadi tempat air deras mengalir kini mengering dan tampak bebatuan licin berwarna gelap.
Menurut Presiden Lungu, perubahan iklim membuat Air Terjun Victoria mengalami kekeringan parah. Masalah ini sudah sangat serius namun orang-orang di Zambia meremehkan peringatan alam.
Dia merasa khawatir suatu hari nanti Air Terjun Victoria akan lenyap selamanya.
"Apakah kita ingin membiarkan Zambezi tanpa Air Terjun Victoria yang hebat? Ini masalah serius, yang orisinal. Dan mengejutkan ketika orang meremehkannya dan perubahan iklim dianggap tidak nyata. Mungkin mereka hidup di dunia yang berbeda. Tapi dunia tempat kita hidup ini, Zambia, kita merasakan dampak perubahan iklim sangat buruk. Dan itu berdampak pada semua orang," kata Presiden Lungu kepada Sky News, seperti dikutip dari India Times, 6 Desember 2019.
These pictures of the Victoris Falls are a stark reminder of what climate change is doing to our environment and our livelihood.
— Edgar Chagwa Lungu (@EdgarCLungu) October 1, 2019
It is with no doubt that developing countries like #Zambia are the most impacted by climate change and the least able to afford its consequences. pic.twitter.com/a6X0V2TrEQ
Media Herald melansir kondisi Air Terjun Victoria tidak seperti 60 tahun lalu. Arus air telah turun drastis. Pada 1957, ada 8.700 meter kubik air turun dari puncak Victoria seperti diprediksi oleh Profesor Godwell Nhamo dari Universitas Afrika Selatan.
Sekarang, debit air dari Air Terjun Victoria hanya sekitar 1.000 meter kubik per detik. Para ilmuwan menyalahkan naiknya suhu Planet Bumi dan kekeringan yang terjadi karena pengaruh perubahan iklim. Menurut sebuah studi, Air Terjun Victoria telah mengalami kekeringan selama 19 tahun dari 40 tahun sejak 1976.