TEMPO.CO, Jakarta - Selama 70 tahun berdirinya NATO, organisasi pakta atlantik utara itu memfokuskan pada Moskow, namun pada pertemuan NATO di Inggris awal pekan lalu, NATO memperluaskan pemantauannya ke Cina.
“Kami mengakui bahwa pengaruh Cina mulai tumbuh dan kebijakan internasional saat ini bukan hanya memberikan banyak kesempatan, tetapi juga tantangan yang harus menjadi perhatian bersama sebagai sebuah sekutu,” demikian bunyi pernyataan bersama ke-29 negara anggota NATO di London, Rabu, 4 Desember 2019 waktu setempat.
Dari kiri ke kanan: PM Belanda Mark Rutte, PM Kanada Justin Trudeau, Presiden Prancis Emmanuel Macron, PM Inggris Boris Johnson, tertangkap kamera sedang bergosip tentang Donald Trump selama peringatan 70 tahun NATO di Inggris, 3 Desember 2019.[nbc29.com]
Amerika Serikat dalam pertemuan itu menjadi pihak paling kencang bersuara agar fokus NATO pada Cina di perbesar. Negara Abang Sam itu pun sangat yakin bisa mendapat dukungan dari sebagian besar negara-negara Eropa.
Sebelumnya pada awal tahun ini, Komisi Eropa dan Serikat Eksekutif Eropa, menggambarkan Cina sebagai sebuah rival sistemik dan mendesak Uni Eropa agar lebih tegas setelah bertahun-tahun dengan tangan terbuka menerima investasi Cina tanpa hambatan.
Menteri Pertahanan Amerika Serikat Mark Esper dalam wawancara dengan Reuters mengatakan ada sebuah peningkatan pemahaman di Eropa tentang tantangan akibat perluasan militer Cina yang berkembang pesat. Diantara kecanggihan militer Cina adalah senjata hipersonik hingga kapal induk.
“Cina adalah tantangan strategis bagi kami dan untuk itu kami harus selangkah lebih maju. Ini bukan berarti Cina sekarang adalah sebuah musuh, namun kita perlu berangkulan sebagai sebuah sekutu. Kita juga harus siap jika sewaktu-waktu terjadi hal yang kita ingin lakukan, tetapi mereka (Cina) tidak mau,” kata Esper.
Sekjen NATO Jens Stoltenberg mengatakan dalam KTT NATO ke-70 bahwa Cina telah menjadi negara dengan anggaran pengeluaran terbesar ke dua dibidang pertahanan.
“Ini bukan perkara NATO pindah ke Laut Cina Selatan, namun kita harus mempertimbangkan fakta kalau Cina semakin mendekat pada kita,” kata Stoltenberg, yang menyoroti aktivitas di Kawasan Artik, Afrika dan besarnya investasi yang dikucurkan pada sektor infrastruktur di Eropa.