TEMPO.CO, Jakarta - Israel akan mengajukan resolusi ke PBB agar mengakui ratusan ribu Yahudi yang lari ke Arab dan negara Muslim lainnya sebagai pengungsi. PBB dikritik karena bersikap sepihak dengan hanya mengakui warga Palestina sebagai pengungsi.
Duta Besar Israel untuk PBB, Danny Danon menyatakan rencana pengajuan resolusi di hadapan Sidang Umum PBB sebagaimana dilaporkan The Times of India, 3 Desember 2019.
"Kami tidak mendengar komunitas internasional bicara tentang mereka ketika mereka mendiskusikan pengungsi di konflik ini, mungkin karena hal itu sesuai dengan narasi Palestina," kata Danon.
Dia tidak merinci resolusi yang dirancangnya. Diplomat senior Israel itu hanya mengatakan resolusi PBB akan mengakui kesalahan yang dilakukan kepada orang Yahudi dan memperbaiki ketidakadilan yang mereka derita.
Danon mengeluarkan pernyataan itu ketika Majelis PBB menimbang rencana resolusi yang mengulangi daftar posisi lama isu Palestina-Israel.
Resolusi itu diusulkan mencakup seruan untuk bantuan kemanusiaan dan ekonomi berkelanjutan Palestina dan menghentikan pemukiman Israel di wilayah yang direbut dalam Perang Enam Hari tahun 1967.
Adapun Amerika Serikat baru-baru ini menyatakan tidak lagi percaya bahwa pemukiman Israel di wilayah Palestina sebagai melanggar hukum internasional.
Danon menjelaskan, sekitar 850 ribu Yahudi dipaksa keluar dari Irak, Mesir, Maroko, Iran dan banyak negara lainnya dalam abad 20 ini setelah bertahan dari tindak kekerasan dan persekusi.
Sementara sekitar 700 ribu warga Palestina melarikan diri atau terusir dari rumah mereka selama perang. PBB masih membantu mereka dan keturunan mereka yang jumlahnya berkisar 5,5 juta jiwa. Mereka tinggal di Tepi Barat, Jalur Gaza, Yordania, Suriha, dan Lebanon.
Ratusan ribu Yahudi tinggal di pemukiman Tepi Barat dan Yerusalem Timur sejak perang 1967, wilayah yang dikuasai Israel dari Yordania pada tahun 1967 dan kemudian diklaim milik Palestina. Israel tidak mengakui Tepi Barat sebagai wilayah yang dicaplok, tapi mendapatkannya dari Yordania saat perang 1967, setelah 19 tahun di mana Amman tidak mencaplok wilayah itu dan tidak juga menyerahkannya ke Palestina.