TEMPO.CO, Jakarta - Tim SAR dan tanggap bencana mengakhiri pencarian korban Gempa Albania yang mengguncang pada Selasa menewaskan 51 orang.
Gempa berkekuatan Magnitudo 6,4 yang merupakan gempa terburuk di Albania, mengguncang pada Selasa dengan pusat gempa 30 km sebelah barat ibu kota Tirana. Gempa besar itu bahkan sampai terasa di seluruh Balkan dan di wilayah selatan Italia Puglia, di sisi lain Laut Adriatik dari Albania.
Ada ratusan gempa susulan, beberapa dengan kekuatan lebih dari Magnitudo 5,0, mengguncang bangunan yang sudah rusak dan membuat panik penduduk.
Menurut laporan Reuters, 1 Desember 2019, pada Sabtu tim penyelamat menghentikan pencarian korban selamat di reruntuhan. Di hotel Mira Mare, di tepi laut Adriatik di kota Durres, buldoser berhenti beroperasi di dekat reruntuhan lempengan beton, ketel air, kasur dan tirai dari gedung enam lantai.
"Tidak ada mayat lain yang ditemukan di Mira Mare," kata juru bicara pemerintah.
Korban ke-51 adalah seorang perempuan berusia 20 tahun yang meninggal pada Sabtu. Kepala korban tertimpa batu bata di distrik barat Tirana, menjadikannya satu-satunya korban di ibu kota.
Sebagian besar lainnya berada di Durres, kota terbesar kedua Albania dan pelabuhan utama, dan kota terdekat Thumane.
Kristi Reçi bersama saudara lelaki dan kedua orang tuanya tewas dalam gempa Albania yang terjadi pada Selasa, 26 November 2019.[novosti.rs]
Pada 29 November, CNN melaporkan calon menantu perempuan Perdana Menteri Albania Edi Rama juga menjadi korban gempa.
Kristi Reçi, tunangan putra Perdana Menteri Albania Gregor Rama, tewas bersama orang tua dan saudara lelakinya.
Terletak di sepanjang Laut Adriatik dan Ionia antara Yunani dan Montenegro, Albania rentan terhadap aktivitas seismik. Gempa ini adalah yang paling mematikan di Albania. Korban tertinggi sebelumnya adalah pada tahun 1979 ketika sebuah gempa menewaskan 40 orang.
Pasukan Albania yang tidak lengkap menyelamatkan orang yang selamat dari puing-puing bangunan kadang-kadang menggali mereka dengan tangan kosong, sampai 250 tentara dari negara-negara Eropa dan Amerika Serikat datang untuk membantu mereka.
Otoritas Durres menyebar ke seluruh kota untuk mendistribusikan makanan tetapi beberapa penduduk mengeluh mereka tidak menerima bantuan.
Dalam satu kasus, sebuah mobil yang mencoba mendistribusikan makanan dikelilingi oleh kerumunan. "Orang miskin tidak mendapatkan apa-apa," kata seorang perempuan berambut putih berusia 65 tahun dengan putus asa.
Dia dan yang lainnya, yang tidak ingin membagikan nama mereka, mengatakan mereka tidak diizinkan kembali ke rumah mereka dengan alasan keamanan, dan harus bergantung pada pasokan makanan yang disumbangkan.
Sadar akan kesulitan, pemerintah mengatakan telah mendirikan pusat operasional nasional, dan saluran telepon bagi orang-orang yang membutuhkan makanan dan pakaian untuk meminta bantuan.
Warga Albania turut menyumbangkan makanan dan pakaian di pusat kota. Wadah crowdfunding GoFundMe mengatakan bahwa, pada hari Jumat, US$ 3,2 juta atau sekitar Rp 45 miliar lebih telah dikumpulkan di seluruh dunia untuk membantu para korban gempa Albania.