TEMPO.CO, Jakarta - Pemberitaan soal kemenangan telak kubu pro-demokrasi Hong Kong, yang menang 17 dari 18 distrik mengalami sensor di wilayah Cina daratan. Kantor berita Xinhua bahkan menolak memberitakan hasil pemilu itu.
Media milik Beijing memilih fokus pada pemberitaan seruan agar hukum dan ketertiban dipertahankan dan tuduhan bahwa negara-negara Barat telah memicu kerusuhan. Sedangkan media pro-pemerintah Cina lainnya hanya memberitakan proses pemungutan suara.
“Menurut pengumuman yang disampaikan Komisi Pemilihan Suara, 452 anggota parlemen dari 18 distrik sudah terpilih. Dalam lima bulan terakhir, kerusuhan yang menginginkan Hong Kong jatuh telah berkolusi dengan kekuatan asing. Kekerasan yang belum berhenti telah secara serius mengganggu proses pemilu dan sejumlah biang kerok telah melecehkan kandidat patriotik pada hari pemilu,” demikian bunyi pemberitaan Xinhua, seperti dikutip dari scmp.com, Selasa, 26 November 2019.
Sebanyak 4,12 juta pemilih terdaftar , atau sekitar 55 persen dari populasi Hong Kong dengan 7,39 juta orang, dapat memberikan suara mereka pada hari Minggu, 24 November 2019. [Mungkin Tse/South China Morning Post]
Sedangkan surat kabar People’s Daily yang merupakan corong Partai Komunis Cina menulis dalam kolom tajuk bahwa pemilu Hong Kong pada hari Minggu, 23 November 2019 berada di bawah bayang-bayang teror. Surat kabar itu pun memuji Kepolisian Hong Kong karena telah melakukan yang terbaik untuk memastikan perdamaian, keamanan dan pemilu yang sepatutnya.
Menteri Luar Negeri Cina, Wang Yi mengatakan kemenangan telak kubu pro-demokrasi di Hong Kong tidak akan mengubah fakta bahwa Hong Kong bagian dari Cina. Dia menekankan, apapun yang terjadi Hong Kong tetap menjadi bagian dari Cina dan tetap menjadi wilayah administrasi khusus Cina.
Sumber: