TEMPO.CO, La Paz – Jaksa Agung Bolivia membuka penyelidikan terhadap bekas Presiden Evo Morales, yang dituding menyebarkan ajakan untuk melawan pemerintah transisi dan melakukan terorisme.
Ini terkait tudingan yang dilontarkan pemerintahan interim bahwa Morales menggerakkan kerusuhan sejak mengundurkan diri dua pekan lalu.
Menteri Dalam Negeri mengajukan pengaduan soal tindak kriminal terhadap bekas pemimpin sosialis itu berdasarkan bukti yang disebut Morales sebagai palsu.
Presiden interim, Jeanine Anez, yang merupakan bekas senator dan menjadi oposan terhadap pemerintahan Morales, menghadapi gelombang aksi unjuk rasa para pendukung Morales sejak terjadinya kevakuman kekuasaan pada pekan lalu.
“Jaksa agung Juan Lanchipa mengatakan menteri Luar Negeri bakal meminta Meksiko agar mengizinkan Morales memberikan keterangan sebagai tersangka dalam investigasi,” begitu dilansir Reuters pada Sabtu, 23 November 2019.
Morales melarikan diri ke Meksiko, yang memberinya status pencari suaka, dan mengatakan dia dijatuhkan lewat kudeta. Setidaknya, 29 orang warga Bolivia, yang kebanyakan penduduk keturunan Indian, tewas ditembak petugas keamanan saat berunjuk rasa membela Morales.
Jaksa Agung, Juan Lanchipa, mengatakan investigasi itu akan didasarkan pada video yang disebarkan Mendagri, Arturo Murillo, kepada media pada pekan ini.
Video itu menunjukkan seorang lelaki Bolivia berbicara lewat speakerphone kepada seseorang yang tampaknya mengarahkan rencana untuk pemblokiran jalan.
Murillo menuding suara itu milik Morales. Sementara Reuters belum bisa memverifikasi otentisitas rekaman video itu.
Soal ini, Murillo mengatakan kepada media di luar kantor jaksa penuntut di La Paz pada Jumat, 22 November 2019. “Buktinya sudah jelas. Kami telah menyerahkannya,” kata Murillo.
Morales tidak bisa dimintai konfirmasi soal isi rekaman video itu.
Namun, Morales menyatakan lewat Twitter bahwa otoritas seharusnya menginvestigasi kematian 30 pemrotes daripada mengejarnya berdasarkan bukti yang dibuat-buat.
Anggota senat BoliviIa dari partai oposisi, Jeanine Anez mengangkat dirinya jadi presidens setelah Evo Morale, presiden yang dikudeta pekan lalu, terbang ke Meksiko. [CNN]
“Angkatan bersenjata telah mengintervensi Mahkamah Agung Pemilu atau Supreme Election Tribunal. Ini merupakan lembaga independen yang sedang diintervensi. Ini menunjukkan Bolivia kita sekarang berada dalam kekuasaan diktator,” kata Morales lewat akun @evoespueblo.
Saat ini, sejumlah ruas jalan di blokir di Bolivia oleh para pendukung Morales. Ini membuat jalur suplai bahan bakar minyak dan makanan terputus ke sejumlah kota.
Otoritas mencoba mensiasati ini dengan mengangkut 1.400 ton makanan dengan pesawat selama sepekan terakhir karena blokade jalan di Bolivia ini.