TEMPO.CO, Jakarta - Iran memberlakukan pemadaman internet nasional hampir di seluruh negara pada Ahad, setelah kerusuhan anti-pemerintah yang meluas di jalan-jalan Teheran dan kota-kota lain untuk hari ketiga.
Jumlah korban tewas selama tiga hari protes naik menjadi setidaknya 12 orang, dengan ratusan orang terluka dan lebih dari 1.000 orang ditangkap, menurut kantor-kantor berita Iran, seperti dikutip dari New York Times, 19 November 2019.
Ayatollah Ali Khamenei, pemimpin tertinggi Iran, menyebut demonstran sebagai "penjahat" dan mendukung keputusan pemerintah untuk menaikkan harga BBM yang dijatah sebesar 50 persen pada hari Jumat dan 300 persen untuk bensin yang melebihi batas ransum. Bahkan setelah kenaikan harga, bensin di Iran masih lebih murah daripada di sebagian besar dunia, yang sekarang setara dengan sekitar 50 sen per galon atau sekitar Rp 7.000 per galon.
Menurut laporan CNN, 19 November 2019, pengunjuk rasa turun ke jalan tak lama setelah pemerintah mengumumkan kenaikan harga bahan bakar sebanyak 300%. Gambar media sosial menunjukkan bank, pom bensin dan gedung-gedung pemerintah dibakar oleh perusuh. Beberapa pengunjuk rasa meneriakkan slogan anti-Khamenei, menurut video di media sosial.
Puluhan masa melakukan aksi protes kenaikan harga gas, di jalan raya di Teheran, Iran 16 November 2019. Nazanin Tabatabaee/WANA (West Asia News Agency) via REUTERS
Pemadaman internet dimulai pada Sabtu malam dan berlanjut hingga Senin, menurut pengawas internet. Oracle's Internet Intelligence menyebutnya sebagai pemadaman internet terbesar yang pernah diamati di Iran.
Di negara-negara lain di mana protes nasional telah mengguncang elit politik seperti Irak dan Lebanon, media sosial telah memainkan peran kunci dalam memobilisasi demonstran. Tidak jelas apakah pihak berwenang Iran akan berhasil menumpas demonstrasi dengan merampas hak internet warganya.
Dalam pidato pada hari Minggu, Ayatollah Khamenei mengatakan dia akan mendukung penjatahan dan kenaikan harga BBM karena kepala tiga cabang pemerintahan (presiden, kehakiman dan parlemen) telah membuat keputusan.
Dia mengakui bahwa orang-orang Iran turun ke jalan untuk berunjuk rasa dan beberapa orang telah meninggal. Namun dia menyalahkan protes terhadap kaum monarkis dan kelompok-kelompok oposisi yang mencoba menggoyahkan Iran.
Ketidakpuasan yang meluas dipajang di seluruh negeri menandai krisis lain untuk Republik Islam Iran. Iran telah berjuang dengan krisis ekonomi setelah Amerika Serikat keluar dari kesepakatan nuklir dan menerapkan kembali sanksi keras yang melarang penjualan minyak Iran.