TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Presiden Evo Morales meminta agar dia diizinkan pulang ke negaranya dan menyelesaikan sisa pemerintahannya. Hal itu diutarakannya dalam wawancara pertamanya dengan media setelah lengser dari jabatan.
Morales saat ini berada di Ibu Kota Mexico City, Meksiko. Dia menyatakan mundur pada Minggu, 10 November 2019 setelah gelombang unjuk rasa terjadi pada Oktober 2019 lalu terkait hasil pemilu presiden yang diduga terjadi kecurangan hingga kembali memenangkan Morales.
“Saya tidak bisa berada di luar negara saya. Saya sudah terbiasa bersama masyarakat sebagai seorang pemimpin, presiden, dan bekerja. Saya sangat merindukan Bolivia. Saya sedang mengupayakan sebuah jalur hukum agar saya bisa pulang ke negara saya dan bersama rakyat karena mereka menolak kediktatoran dan kudeta,” kata Morales kepada Al-Jazeera.
Morales sangat yakin kubu oposisi telah berkonspirasi untuk melawan pemerintahannya. Dia saat ini mendapat suaka perlindungan dari pemerintah Meksiko.
Morales adalah Presiden Bolivia pertama dari suku Indian asli negara itu. Dia menghadapi tekanan hebat setelah mengklaim memenangkan pemilu pada 20 Oktober 2019. Para pendukung kubu oposisi Bolivia turun ke jalan menuding dia telah merusak demokrasi negara. Saat yang sama, para pendukung Morales juga turun ke jalan memperlihatkan dukungan mereka untuk Morales.
“Saya tidak tahu mengapa mereka (oposisi) sangat takut dengan Evo, mereka tidak mau saya berpartisipasi. Tidak masalah buat saya, semuanya demi kehidupan masyarakat, demi demokrasi. Saya pensiun, namun mereka seharusnya membiarkan saya menyelesaikan sisa masa jabatan saya (sisa dua bulan). Apakah ini bisa dimengerti?,” kata Morales.