TEMPO.CO, Washington – Peretas asal Cina diduga meretas jaringan kompuer milik grup industri Amerika Serikat di tengah proses perundingan untuk mengakhiri perang dagang, yang berlangsung sejak pertengahan 2018.
Jaringan komputer milik The National Association of Manufacturers atau Asosiasi Manufaktur Nasional AS diretas pada musim panas lalu. Firma keamanan siber atau cybersecurity yang disewa untuk menyelidik ini menyimpulkan serangan datang dari Cina.
Dua sumber yang diwawancarai tidak menyebut nama firma keamanan siber yang melakukan penelusuran ini.
Firma keamanan siber ini melakukan analisis berdasarkan peralatan dan teknik peretasan yang sebelumnya pernah terasosiasi dengan kelompok peretas asal Cina.
Peretasan jaringan komputer atau PC internal milik kelompok industri yang kuat ini mengilustrasikan cara Cina mendapatkan keunggulan dalam perang dagang dengan AS.
Baca Juga:
Belum jelas data apa saja yang telah dicuri. NAM telah meminta firma keamanan siber itu untuk merespon infiltrasi jaringan komputer mereka dan menghentikannya.
“Kami tahu kami target serangan siber. Kami mengidentifikasi aktivitas mencurigakan terkait sistem komputer di perusahaan kami dan menginvestigasinya,” kata Erin Streeter, juru bicara dari Asosiasi Manufaktur.
Streeter mengatakan jaringan komputernya saat ini telah aman. Gedung Putih belum merespon hal ini. Sedangkan Kedutaan Besar Cina di Washington tidak segera merespon permintaan komentar soal ini.
Tiga sumber mengatakan peretas Cina diduga meningkatkan upayanya mencuri informasi pada hari-hari perundingan antara Trump dan Presiden NAM, Jay Timmons, pada musim panas ini.
Insiden ini terjadi beberapa saat sebelum putaran negosiasi formal antara AS dan pemerintah Cina soal isi dari kesepakatan potensial.
Perundingan dagang AS dan Cina selama ini juga membahas soal perlindungan hak kekayaan intelektual, dan pembukaan pasar Cina lebih besar untuk produk AS, yang berdampak langsung pada anggota NAM.
Sejauh ini, Kementerian Kehakiman AS telah mendakwa sejumlah peretas dan mata-mata asal Cina pada 2019 karena mencuri informasi sensitif dari perusahaan swasta AS.
Menurut sejumlah dokumen rahasia yang dibocorkan bekas kontraktor National Security Agency Erdward Snowden dan penerbit Wikileaks, Julian Assange, menunjukkan lembaga National Security Agency atau NSA juga memata-matai sejumlah pejabat asing yang terlibat dalam negosiasi perdagangan dengan pemerintah AS.