TEMPO.CO, Jakarta - Seorang pejabat parpol Lebanon ditembak mati tentara ketika membuka jalan yang ditutup pendemo pada Selasa malam di Beirut selatan.
Penembakan ini sekaligus menandai kematian pertama dalam 27 hari demonstrasi di Lebanon.
Menurut laporan New York Times, 13 November 2019, sebuah pernyataan militer mengatakan pria itu ditembak di lingkungan Khaldeh setelah perselisihan ketika seorang tentara melepaskan tembakan untuk membubarkan kerumunan, dan mengenai satu orang.
Dalam sebuah pernyataan, militer mengatakan seorang tentara melepaskan tembakan untuk membubarkan pengunjuk rasa yang menghalangi jalan di Khaldeh, melukai satu orang. Tentara itu ditahan dan insiden itu sedang diselidiki.
Insiden terjadi setelah Presiden Michel Aoun mengatakan pada hari Selasa, bahwa Lebanon menghadapi bencana jika pengunjuk rasa tidak pulang.
Menurut laporan Reuters, orang yang terbunuh adalah anggota partai politik yang dipimpin oleh pemimpin Druze Walid Jumblatt, seorang musuh perang saudara Aoun. Jumblatt mendesak para pendukungnya untuk tetap tenang selama kunjungan ke rumah sakit tempat pria itu dibawa.
Ketegangan terjadi di Beirut hingga larut malam. Di distrik Cola dekat Beirut, puluhan pria melempari tentara dan sebuah tank dengan batu.
Para pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan ketika demonstrasi yang diselenggarakan oleh para mahasiswa selama protes anti-pemerintah yang sedang berlangsung di Beirut, Lebanon 12 November 2019. [REUTERS / Andres Martinez Casares]
Dalam wawancara tayang perdana di televisi, Aoun mengindikasikan tidak ada terobosan dalam pembicaraan mengenai pembentukan pemerintah baru untuk menggantikan kabinet koalisi Saad al-Hariri. Hariri, yang berhenti pada 29 Oktober, ragu untuk menjadi perdana menteri lagi, katanya.
Aoun juga mengatakan pemerintah yang murni teknokratis, seperti yang dituntut oleh banyak pendemo, tidak akan dapat memerintah Lebanon dan karenanya harus mencakup politisi.
Berbicara kepada pendemo dalam wawancaranya, dia berkata, "Jika Kalian terus dengan cara ini, Anda akan menyerang Lebanon dan kepentingan Anda."
"Kami bekerja siang dan malam untuk memperbaiki situasi. Jika mereka terus turun ke jalan, ada bencana. Jika mereka berhenti, masih ada ruang bagi (kita) untuk memperbaiki keadaan," katanya.
Ketika wawancara Aoun berakhir, pengunjuk rasa memblokir beberapa jalan utama di Lebanon, dengan membakar sejumlah ban.