TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah kampus di Hong Kong menjadi medan bentrokan antara aparat kepolisian dan pengunjuk rasa pro-demokrasi. Kondisi memperparah situasi Hong Kong yang sebagian wilayahnya lumpuh, termasuk area distrik keuangan.
Dikutip dari reuters.com, Rabu, 13 November 2019, Universitas Cina dekat Tai Po mengalami kerusakan disejumlah titik setelah bentrok yang sengit antar aparat kepolisian dan pengunjuk rasa. Kampus itu menjadi sasaran polisi karena ratusan demonstran berkumpul di sana. Aparat kepolisian menghujani Universitas Cina dengan gas air mata dan meriam air.
Ratusan demonstran yang menutupi wajah mereka sebagian besar adalah mahasiswa. Mereka membalas aparat kepolisian dengan melemparkan bom molotof. Setelah bentrokan, puluhan korban luka tergeletak di tanah di lapangan olahraga terdekat
“Mahasiswa sangat ketakutan. Itulah kenapa kami berkumpul hari ini untuk menghentikan apa yang terjadi,” kata Wing Long, 25 tahun, mahasiswi.
Sedangkan di Universitas Kota, para mahasiswa menggunakan topi dan masker anti-gas. Mereka membarikade kampus, membuat tameng buatan, mengumpulkan batu dan bom molotof.
Kepolisian Hong Kong mengatakan para demonstran yang bersembunyi di kampus telah melempari mereka puing-puing dan bom molotof ke jalan raya yang menghubungkan wilayah utara dengan kota Kowloon. Situasi ini telah mengganggu lalu lintas.
Anggota parlemen Hong Kong pro-demokrasi mengutuk tindakan aparat kepolisian. Mereka menyerukan agar penembakkan gas air mata dihentikan karena telah membuat kampus menjadi sebuah area medan pertempuran. Saat yang sama, mereka juga mendesak komunitas internasional bersuara agar Hong Kong tidak mengalami tragedy pembantaian di lapangan Tiananmen pada 1989, dimana aparat keamanan Cina diduga menyerang demonstran pro-demokrasi.