TEMPO.CO, Mexico City – Menteri Luar Negeri Meksiko, Marcelo Ebrard, mengatakan negaranya menolak operasi militer yang sedang berlangsung di Bolivia.
Ebrard mengatakan Meksiko menolak upaya kudeta militer.
“Kami menolak ini. Ini sama dengan tragedi berdarah yang melanda Amerika Latin pada abad lalu,” kata Ebrard lewat Twitter seperti dilansir Reuters pada Senin, 11 November 2019.
Ebrard melanjutkan,”Meksiko akan tetap mempertahankan posisinya menghormati demokrasi dan institusi. Menolak kudeta.”
Presiden Bolivia, Evo Morales, mengumumkan pengunduran dirinya pada Senin, 11 November 2019, setelah terjadi pemberontakan militer dan politik terhadap kepemimpinannya, yang telah berlangsung selama 14 tahun.
Morales juga menyalahkan adanya upaya kudeta yang membuatnya mengundurkan diri dari jabatan Presiden. Morales merupakan Presiden dari suku asli Bolivia, yang pertama kali menjabat sebagai Presiden.
Secara terpisah, Presiden terpilih Argentina, Alberto Fernandez, menuding terjadi kudeta terhadap Presiden Bolivia, Evo Morales, pada Senin, 11 November 2019.
Ini terkait pengumuman pengunduran diri Morales, yang mengatakan ada upaya kudeta terhadap dirinya, pada Senin ini.
“Masalah institusi di Bolivia tidak bisa diterima. Rakyat Bolivia harus memilih secepatnya dalam pemilihan yang bebas dan terbuka untuk membentuk pemerintahan berikutnya,” kata Fernandez lewat Twitter seperti dilansir Reuters pada Senin, 11 November 2019.
Secara terpisah, media Buenos Aires Times melansir Presiden Evo Morales sebenarnya telah menyerukan digelarnya pemilu baru pada Ahad malam. Namun, Panglima Bolivia, Jenderal Williams Kaliman, memintanya mundur untuk selamanya beberapa jam kemudian.