TEMPO.CO, Jakarta - Jerman pada Sabtu, 9 November 2019, memperingati 30 tahun runtuhnya tembok Berlin yang memisahkan antara Jerman Barat dan Jerman Timur. Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier mengucapkan terima kasih pada negara tetangga Jerman di Eropa karena telah ikut mendorong terjadinya revolusi damai di negaranya.
Runtuhnya tembok Berlin, Jerman, yang memisahkan wilayah barat yang dikenal kapitalis dan wilayah timur yang lebih komunis, telah terjadi 3 dekade. Tembok Berlin yang telah dihancurkan menjadi sebuah perang dingin yang setahun kemudian diikuti reunifikasi Jerman atau persisnya pada 1990.
“Hari ini besama teman-teman sekalian, kami mengenang peringatan 30 tahun silam,” kata Steinmeier , dalam pidato peringatan 30 tahun runtuhnya tembok Berlin di Bernauer Strasse Berlin Wall Memorial, seperti dikutip dari reuters.com, Minggu, 10 November 2019.
Ilustrasi penghancuran tembok Berlin pada 11 Novemner 1989. Sumber: Anthony Suau/nytimes.com
Peringatan 30 tahun diruntuhkannya tembok pemisah Jerman Barat dan Jerman Timur pada Sabtu kemarin juga dihadiri oleh Kanselir Jerman Angela Merkel dan sejumlah kepala negara dari Polandia, Hungaria, Slovakia dan Republik Ceko. Steinmeier dalam pidatonya mengatakan tanpa dukungan dan niat kebebasan dari negara-negara itu, revolusi damai di Eropa timur dan reunivikasi di Jerman, mungkin tidak akan terjadi.
Dalam peringatan itu, Presiden Steinmeier dan Presiden dari empat negara di Eropa timur meletakkan sejumlah bunga mawar di sela-sela tembok Berlin yang sengaja disisakan sebagai peringatan . Steinmeier menegaskan peringatan runtuhnya tembok Berlin bukan menandai berakhirnya sejarah. System pergolakan dalam politik Jerman masih berlanjut dan masa depan masih tak pasti bahkan dibanding sebelumnya.
Pada 1989, pasukan penjaga perbatasan dari Hongaria untuk pertama kali mengizinkan masyarakat dari Jerman timur melintasi dengan bebas wilayah Austria, dimana hal ini mengarah pada diruntuhkannya tembok Berlin tiga bulan kemudian dan berakhir tirai pemisah kedua wilayah.