TEMPO.CO, Jakarta - Mantan Presiden Brazil Luiz Inacio Lula da Silva pada Sabtu, 9 November 2019, melancarkan kritik pada Presiden Brazil Jair Bolsonaro yang disebutnya memiskinkan masyarakat Brazil. Saat yang sama, da Silva juga berjanji akan menyatukan kelompok kiri demi memenangkan pemilu 2022.
Dikutip dari reuters.com, Minggu, 10 November 2019, pernyataan itu disampaikan Lula sehari setelah bebas dari penjara. Pidato Lula selama 45 menit itu disambut tepuk tangan para pendukungnya yang fokus ingin mengalahkan Bolsonaro serta memperbaiki perekonomia kalangan kelas pekerja Brazil. Pidato Lula juga menyoroti solidaritas kelompok kiri pemerintahan di Bolivia dan Venezuela.
Mantan Presiden Brazil, Lula da Silva. Sumber: CNN.com
Lula memimpin Brazil dari 2003 – 2010. Dia dibebaskan pada Jumat, 8 November 2019 atau sehari setelah Mahkamah Agung Brazil menerbitkan sebuah putusan yang lebih luas yang mengakhiri pemenjaraan wajib Lula. Lula sebelumnya kalah disidang banding pertama. Dia tersangkut kasus hukum atas dugaan korupsi yang membawanya pada vonis hukuman sembilan tahun penjara.
“Saya ingin mengatakan pada mereka (musuh politik Lula), saya sudah kembali,” kata Lula, 74 tahun, dihadapan ratusan pendukungnya dari Partai Pekerja.
Menanggapi ucapan Lula itu, Presiden Bolsonaro menyarankan masyarakat agar tidak memberikan ruang berkompromi pada narapidana. Bolsonaro juga menyerukan pada para pendukungnya agar iktu menjadi pengawal agenda pemerintah, yang juga akan memperketat anggaran pengeluaran. Dia ingin masyarakat ikut mendukung agar fase pemulihan Brazil berikutnya tidak tergelincir.
“Jangan berikan amunisi pada bajingan yang bebas sesaat, namun sepenuhnya bersalah,” kata Bolsonaro , tanpa menyebut nama Lula secara jelas.