TEMPO.CO, Ankara – Pemerintah Turki mengatakan tidak akan menarik pasukan dari Suriah hingga negara-negara lain menarik pasukannya.
Presiden Recep Tayyip Erdogan mengatakan militer Turki akan terus menggelar serangan lintas batas terhadap milisi Kurdi hingga mereka meninggalkan area zona aman.
Zona aman ini terletak di sepanjang perbatasan utara dari Suriah dengan Turki hingga sekitar 30 kilometer dari perbatasan.
“Kita tidak akan pergi hingga setiap teroris meninggalkan wilayah itu,” kata Erdogan merujuk kepada milisi YPG Kurdi, yang menjadi pasukan utama dari Pasukan Demokratik Suriah dukungan Amerika Serikat, seperti dilansir Reuters pada Jumat, 8 November 2019.
Erdogan melanjutkan,”Kita tidak akan meninggalkan area ini hingga negara-negara lain juga keluar.”
Seperti dilansir Aljazeera, militer Turki menggelar serangan lintas batas memasuki wilayah Suriah beberapa hari setelah Presiden AS, Donald Trump, mengumumkan penarikan pasukan dari Suriah.
Turki ingin mengusir milisi Kurdi, yang berupaya membangun negara sendiri terpisah dari Turki, agar keluar dari area di sepanjang perbatasan Suriah utara, yang berbatasan dengan Turki selatan.
Erdogan mengatakan akan merelokasi sekitar 3.5 juta pengungsi Suriah, yang ditampung Ankara, untuk kembali ke negaranya dan tinggal di area zona aman itu.
Turki membuat kesepakatan dengan Rusia dan AS untuk menguasai wilayah seluas 120 kilometer di perbatasan Suriah utara.
Setelah membuat kesepakatan dengan AS dan Rusia, Turki menghentikan serangan militernya dengan jaminan milisi YPG menjauh dari perbatasan selatan negara itu.
Namun, Erdogan menuding Rusia dan AS tidak memenuhi janjinya memindahkan semua milisi YPG dari area zona aman tadi.
Pada Jumat kemarin, pasukan Turki dan Rusia melakukan patroli bersama ketiga. Juru bicara SDF menuding pasukan Turki menembakkan gas air mata terhadap kerumunan warga Kurdi yang menolak patroli itu.
Kementerian Pertahanan Turki mengatakan patroli ketiga dilakukan sepanjang rute sejauh 88 kilometer ke arah timur perbatasan Suriah.
CNN melansir milisi SDF dan YPG merupakan mitra militer AS dalam perang melawan kelompok teroris ISIS di Suriah. Penarikan mundur pasukan AS dari sana atas perintah Trump memicu kecaman keras dari Kongres AS.