TEMPO.CO, Jakarta - Pemimpin oposisi Kamboja Sam Rainsy, yang mengasingkan diri ke Prancis, dilarang terbang ke Thailand pada Kamis. Dia mengaku dilarang saat check-in penerbangan dari Paris ke Bangkok, seperti dilaporkan Reuters, 8 November 2019.
Rainsy mengatakan Thai Airways telah diminta untuk menolak naik pesawatnya dan bahwa ia tidak akan menyerah untuk mencoba lagi.
"Mereka mengatakan bahwa mereka telah menerima dari atas instruksi untuk tidak mengizinkan saya naik," katanya kepada wartawan di Bandara Paris-Charles de Gaulle, dikutip dari NPR. "Saya sangat terkejut, saya sangat kecewa. Saya ingin kembali, orang-orang saya menunggu."
Rainsy menuduh Perdana Menteri Kamboja Hun Sen berusaha menghalangi dia pulang. Mantan komandan Khmer Merah, yang telah menjabat selama lebih dari tiga puluh tahun, memandang kepulangan para pemimpin oposisi dan demonstrasi yang mereka rencanakan sama dengan percobaan kudeta.
Tahun ini puluhan aktivis oposisi telah ditangkap karena diduga berencana menggulingkan pemerintah. Hun Sen juga memerintahkan tentara dikerahkan di perbatasan Kamboja dan dilaporkan telah diperintahkan untuk menyerang seandainya pemimpin oposisi kembali.
Rainsy, yang telah tinggal di Prancis selama empat tahun, mengatakan kepada para pendukungnya Kamis dalam siaran Facebook bahwa ia akan menemukan cara untuk pergi ke Kamboja dalam waktu singkat di masa depan untuk mendorong perubahan.
Hanya sehari sebelumnya, wakil Sam Rainsy, Mu Sochua, ditahan di Bandara Internasional Kuala Lumpur di Malaysia ketika mencoba terbang ke Kamboja. Dia dibebaskan sehari kemudian, bersama dengan dua aktivis oposisi lainnya yang ditahan awal pekan ini.
Sementara Amerika Serikat mengaku prihatin dengan serangkaian penangkapan, pelecehan, dan intimidasi yang dilakukan anggota oposisi politik Kamboja baru-baru ini dan dengan upaya untuk menggagalkan kembalinya warga Kamboja ke tanah airnya, kata seorang juru bicara kedutaan besar AS kata pada hari Jumat.
"Tindakan ini merupakan eskalasi dalam penindasan terhadap oposisi politik," tambahnya.
Kelompok hak asasi Amnesty International, mengecam kerja sama Malaysia dan Thailand untuk mencegah tokoh oposisi Kamboja yang berbasis di luar negeri pulang untuk menggalang dukungan.
Setidaknya 48 aktivis oposisi di Kamboja telah ditangkap tahun ini sejak Sam Rainsy mengumumkan rencana untuk kembali pada 9 November, hari kemerdekaan Kamboja, untuk menggalang oposisi terhadap Perdana Menteri terhadap Hun Sen.