TEMPO.CO, Hong Kong – Otoritas Hong Kong bersiap untuk menghadapi demonstrasi mahasiswa pada akhir pekan ini setelah seorang mahasiswa demonstran dinyatakan tewas pada Jumat pagi.
Alex Chow Tsz-lok, 22 tahun, merupakan mahasiswa ilmu komputer dari mahasiswa Hong Kong University of Science and Technology.
Dia dibawa ke rumah sakit Queen Elizabeth Hospital pada Senin dan dinyatakan meninggal pada Jumat pukul 8.09 pagi tadi.
Pihak universitas sedang menggelar upacara wisuda pada Jumat pagi. Pihak universitas menghentikan proses wisuda sejenak untuk mengumumkan kematian Chow sambil mengumumkan mengheningkan cipta.
“Pada Jumat malam, sejumlah sekolah berencana menggelar pawai di kawasan timur wilayah tempat tinggal kelar pekerja yaitu distrik Kwun Tong,” begitu salah satu bunyi pengumuman yang disebarkan demonstran seperti dilansir pada Jumat, 8 November 2019.
Generasi muda dan mahasiswa menjadi tulang punggung sejumlah aksi unjuk rasa di Hong Kong, yang berlangsung sejak Juni 2019.
Mereka menolak pengesahan RUU Ekstradisi, yang telah ditarik, dan meminta penerapan sistem demokrasi agar bisa memilih sendiri para pemimpinnya.
Warga Hong Kong menilai pemerintah Cina mencoba mengintervensi kehidupan politik di wilayah semi otonomi ini, yang diserahkan Inggris ke Cina pada 1997.
“Bebaskan Hong Kong, Revolusi Sekarang,” begitu bunyi spanduk yang dibawa sejumlah mahasiswa pada saat upacara wisuda pada Kamis, 7 November 2019.
Unjuk rasa kerap berlangsung rusuh dengan pembakaran sejumlah stasiun kereta api, perusakan fasilitas publik, dan vandalisme toko-toko di Hong Kong.
Demonstran juga melempar polisi dengan bom bensin dan memukuli petugas menggunakan tongkat besi.
Polisi membalas dengan menembakkan gas air mata, peluru karet dan tajam, hingga menggunakan meriam air atau water cannon saat menangani demonstrasi Hong Kong.